Tautan-tautan Akses

Puasa di Alaska, Kejanggalan Alam Jadi Tantangan


Muslim di Alaska melakukan sholat tarawih pada saat matahari masih bersinar terang, karena jarak antara matahari terbit dan terbenam sangat panjang pada musim panas.

Dua Muslimah Indonesia, Amalia dan Mila, yang menetap di Anchorage, Alaska menuturkan tantangan berpuasa di kawasan kutub itu, yakni kejanggalan alam sewaktu bertarawih dan bagaimana mendidik anak untuk menjalankan puasa di tengah lingkungan masyarakat yang mayoritas non-Muslim.

Amalia baru saja pindah dari Las Vegas ke Anchorage, Alaska dan puasa tahun ini merupakan yang kedua bagi dia dan keluarga. Dia mengatakan, berpuasa di Las Vegas dan di Alaska memiliki tantangan tersendiri. Berpuasa di Las Vegas berlangsung di tengah lingkungan hiruk-pikuk bisnis dan suhu udaranya yang panas. Kelebihannya, jumlah warga Muslim Indonesia di kota yang juga dikenal sebagai “Kota Dosa” ini, cukup besar.

“Kalau bedanya, kembali lagi kita sebagai orang Indonesia. Di Las Vegas itu banyak orang Indonesianya. Kelompok pengajian di Las Vegas itu luar biasa banyak. Kita tetap menjaga suasana Ramadhan.”

Beberapa kegiatan Ramadhan yang dilakukan di Las Vegas antara lain kajian Ramadhan dan tarawih bersama. Karena kegiatan ini dilakukan oleh sesama orang Indonesia maka sangat terasa suasana kekeluargaannya.

Sedangkan kalau di Alaska, kata Amalia, ”Kalau di sini tak terlalu banyak. Kebetulan Muslimnya jauh lebih sedikit dibanding non-Muslim. Tetapi dari segi alam, saya lebih buka di Alaska karena kesejukan udaranya dan suasananya mendukung. “

Di Las Vegas, komunitas muslim Indonesia melakukan kegiatan Ramadhan dengan suasana kekeluargaan.
Di Las Vegas, komunitas muslim Indonesia melakukan kegiatan Ramadhan dengan suasana kekeluargaan.

Amalia menuturkan bertarawih di Alaska sangat janggal karena berlangsung di siang bolong. Pada musim panas, siang hari lebih panjang dari pada malam hari.

“Benar aneh karena masih terang-terang kita udah bersholat Isa. Bagaimana karena faktanya memang begitu, tetapi nggak kuat juga walaupun sejuk ya, tetapi karena terlalu lama karena lebih dari 14 jam kalau mengikuti matahari yang sesungguhnya,“ ungkap Amalia.

Mila menuturkan pengalaman lain. Ia mengasuh bayinya yang baru lahir dan pada saat yang sama mendidik anaknya yang berusia lima tahun untuk berpuasa.

“Memang sih susah di sini. Tetapi saya enjoy tiap tahun bersama anak saya yang pertama. Selalu saya bilang, kalau kamu puasa kamu dapat hadiah. Saya juga ada anak bayi gitu, dia juga ikut bangun, tetapi saya nggak merasa gimana gitu. Saya nggak merasa capek atau malas untuk bangun nggak gitu,” kata Mila.

Amalia dan Mila mengatakan, warga Muslim Indonesia di Alaska sudah diberitahu oleh sebuah lembaga Islam di Amerika agar mereka mengikuti jadwal puasa yang ditetapkan Mekah.

XS
SM
MD
LG