Tautan-tautan Akses

Tahun Lalu, Lebih Dari 20.000 Gading Gajah Afrika Diburu


Para jurnalis memotret sitaan gading gajah yang akan dihancurkan setelah pemerintah Hong Kong berhasil membongkar perdagangan satwa liar illegal, menghancurkan populasi gajah Afrika, Hong Kong, 15 Mei 2014.
--
Journalists take pictures of the confiscated African ivory which will be destroyed as Hong Kong cracks down on an illegal wildlife trade that is devastating Africa's elephant population, Hong Kong, May 15, 2014.
Para jurnalis memotret sitaan gading gajah yang akan dihancurkan setelah pemerintah Hong Kong berhasil membongkar perdagangan satwa liar illegal, menghancurkan populasi gajah Afrika, Hong Kong, 15 Mei 2014. -- Journalists take pictures of the confiscated African ivory which will be destroyed as Hong Kong cracks down on an illegal wildlife trade that is devastating Africa's elephant population, Hong Kong, May 15, 2014.

Sebuah grup perlindungan satwa liar melaporkan lebih dari 20.000 gading gajah Afrika diburu di benua itu tahun lalu.

Konvensi perdagangan internasional fauna dan flora langka (CITES) memberi peringatan bahwa perburuan ini dapat menghancurkan populasi gajah.

Menurut CITES, selama tiga tahun berturut-turut sejak 2011 hingga 2013, lebih dari 20.000 gajah mati dibantai di seluruh benua Afrika setiap tahunnya. Pembunuhan gajah secara ilegal diamati telah terjadi sejak pertengahan tahun 2000, memuncak di tahun 2011, dan semakin meningkat hingga saat ini.

Namun, Sekjen Cites, John Scanlon, mengatakan tingkat perburuan gajah ini masih sangat tinggi. Dia menambahkan, gajah-gajah Afrika mengahadapi ancaman diburu gadingnya.

“Kami mengamati populasi gajah masih menurun, artinya angka pembunuhan gajah secara ilegal telah melampaui angka kelahiran alami gajah. Namun, secara keseluruhan, populasinya masih menurun. Tapi puncak angka kematian gajah ini pada tahun 2010 dan 2011 mulai mendatar. Namun tetap di angka yang masih sangat mengkhawatirkan yaitu 20.000 ekor per tahun,” ujar Scanlon.

CITES melaporkan adanya kenaikan pada angka sitaan gading gajah di tahun 2013. Untuk pertama kalinya, kelompok ini mengatakan kalau gading-gading gajah justru lebih banyak disita di Afrika daripada di Asia, tempat pasar perdagangan ilegal yang besar.

Delapan puluh persen hasil sitaan berasal dari tiga negara Afrika seperti Kenya, Tanzania, dan Uganda. Scanlon mengatakan besarnya angka sitaan gading mengindikasi adanya organisasi kriminal dan milisi pemberontak yang terlibat dalam perdagangan ilegal itu. Ia mengatakan hal ini membutuhkan respons yang lebih kuat dari komunitas internasional.

“Ini adalah tindak kriminal yang serius. Hal ini perlu ditangani layaknya kasus kriminal yang serius dan kita harus menjalankan beberapa teknik khusus untuk memberantas kasus kriminal serius lainnya, seperti perdagangan narkotik yang ilegal, perdagangan manusia, atau perdagangan senjata api yang juga ilegal. “ katanya. “Menyita saja tidak cukup. Kita harus mengivestigasi siapa saja oknum yang ada dibelakang kasus ini. Siapa yang memesan. Bagaimana mereka menangkap dan membunuh gajah-gajah.”

CITES memonitor 51 lokasi pembunuhan gajah secara ilegal di seluruh Afrika. Lokasi yang paling parah adalah Dzanga Sangha yang terletak di Republik Afrika Tengah. Namun di sisi lain, tingkat pembunuhan gajah secara ilegal mulai menurun di Chad, Zimbabwe, dan Uganda.
XS
SM
MD
LG