Tautan-tautan Akses

Jumlah Gas Rumah Kaca di Atmosfer Makin Mengkhawatirkan


Sekjen WMO Michel Jarraud memperingatkan makin besarnya jumlah gas karbon yang masuk ke atmosfer karena aktivitas manusia, terutama konsumsi bahan bakar fosil (foto: dok).
Sekjen WMO Michel Jarraud memperingatkan makin besarnya jumlah gas karbon yang masuk ke atmosfer karena aktivitas manusia, terutama konsumsi bahan bakar fosil (foto: dok).

Organisasi Meteorologi Sedunia atau WMO melaporkan jumlah gas rumah kaca di atmosfer telah mencapai rekor pada tahun 2011.

Data baru WMO menunjukkan peningkatan 30 persen pada efek pemanasan iklim global antara 1990 - 2011, terutama disebabkan karbon dioksida dan gas-gas penyerap panas yang berdampak jangka panjang lainnya.

Organisasi Meteorologi Sedunia melaporkan kira-kira 375 miliar ton gas karbon dioksida masuk ke atmosfer sejak dimulainya era industri tahun 1750. Sekjen WMO Michel Jarraud mengatakan besarnya jumlah gas karbon dioksida yang masuk ke atmosfer karena aktivitas manusia, terutama akibat konsumsi bahan bakar fosil.

Jarraud mengatakan tambahan miliaran ton karbon dioksida ke atmosfer akan menyebabkan planet bumi terus menghangat, mempengaruhi semua aspek kehidupan di bumi. Ia memperingatkan emisi pada masa depan hanya akan memperburuk situasi.

Karbon dioksida merupakan gas rumah kaca yang berdampak lama dan paling penting, disusul gas metana dan nitrious oksida. Para ilmuwan mengatakan meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer merupakan penyebab perubahan iklim dan pemanasan global. Meskipun sejumlah ilmuwan dan pembuat kebijakan skeptis bahwa aktivitas manusia merupakan penyebab utama perubahan iklim, kebanyakan pakar iklim yakin gas rumah kaca yang berlebihan itu berasal dari bertambahnya emisi industri.

Konsumsi bahan bakar fosil merupakan peyumbang terbesar peningkatan jumlah gas karbon dioksida di atmosfer (foto: dok).
Konsumsi bahan bakar fosil merupakan peyumbang terbesar peningkatan jumlah gas karbon dioksida di atmosfer (foto: dok).
Sampai saat ini, ketua WMO Jarraud mengatakan, penyerap karbon seperti laut dan hutan telah menyerap hampir separuh gas karbon dioksida yang dihasilkan oleh manusia. Tapi, ia memperingatkan, belum jelas apakah ini akan berlanjut pada tingkat yang sama di masa depan.

Tapi, sementara itu, ada juga potensi dampak sampingan serius dari penyerapan karbon alami. Misalnya, karena laut menyerap banyak gas CO2 sebagai konsekuensinya menjadi lebih asam dan ini ada dampaknya, terhadap rantai makanan di dalam air, terhadap terumbu karang dan sejumlah konsekuensi lainnya.

Para ilmuwan WMO mencatat fungsi penyerap karbon adalah penting dalam mengimbangi jumlah karbon secara keseluruhan. Artinya, jika tambahan CO2 disimpan dalam jumlah besar di dalam laut, para ilmuwan mengatakan gas itu bisa terperangkap selama ratusan atau bahkan ribuan tahun. Sebaliknya, kata mereka hutan-hutan baru hanya menyerap karbon untuk jangka waktu yang lebih singkat.

WMO mengatakan gas CO2, nitrous oksida, metana dan gas rumah kaca lainnya memiliki efek samping negatif lain. Contohnya, organisasi itu mengatakan gas nitrous oksida merupakan penyebab utama kerusakan lapisan ozon, yang melindungi bumi dari efek berbahaya radiasi ultraviolet matahari.
XS
SM
MD
LG