Tautan-tautan Akses

Sidang Umum PBB Bahas Ancaman Bakteri Kebal Obat


Suasana Sidang Majelis Umum PBB hari ketiga saat Presiden Zimbabwe Robert Mugabe menyampaikan pidato di New York, Rabu (21/9).
Suasana Sidang Majelis Umum PBB hari ketiga saat Presiden Zimbabwe Robert Mugabe menyampaikan pidato di New York, Rabu (21/9).

Pada hari ketiga Rabu (21/9), 193 negara-negara berkembang dan maju berkumpul di markas PBB di New York untuk membahas tentang “ancaman berbahaya” dari bakteri super (super-bugs) atau bakteri kebal obat.

Dalam sejarah sidang majelis umum PBB, hanya ada tiga penyakit yang pernah diangkat pembahasannya, yaitu: HIV, Ebola, dan penyakit kronis seperti diabetes dan obesitas.

Komitmen negara-negara ini meliputi aksi global yang mendukung grup koordinasi pemberantasan resistansi antimikrobial. Selain komitmen internasional untuk bekerja sama untuk mendorong inovasi dan penelitian lebih lanjut, negara-negara berkembang juga berjanji untuk meningkatkan kemampuan diagnosis tenaga kesehatan dan menginformasi masyarakat lebih menyeluruh tentang penyalahgunaan antibiotik, serta inisiatif lokal untuk menanggulangi penyalahgunaan antibiotik.

Ada tiga penyebab terjadinya resistensi antimikroba yang pada dasarnya adalah mutasi genetik bakteri untuk bertahan hidup. Evolusi ini terjadi karena penyalagunaan antibiotik berlebihan oleh manusia, penggunaan antibiotik pada hewan ternak yang dikonsumsi manusia, dan pertahanan alami yang dibentuk oleh organisme sendiri.

Sejak ditemukannya penisilin pada tahun 1928, sang penemu, Alexander Flemming dan beberapa ilmuwan telah memperingatkan akan bahaya bakteri super yang resisten terhadap antibiotik. Seabad kemudian, bakteri super menewaskan 700 ribu orang per tahun.

Data Komite Pengendalian Resistensi Antimikobra tahun 2000 menunjukkan, 70 persen penggunaan antibiotik yang diresepkan dokter tidak sesuai. Pada penelitian lanjutan tahun 2009 yang dilakukan terhadap 20 rumah sakit besar, pengendalian resistensi antimikroba juga belum memuaskan.

Selain komitmen kerja sama internasional, negara-negara ini juga berjanji untuk lebih ketat meregulasi perusahaan farmasi yang menjual antibiotik, termasuk pengaturan pemasaran antibiotik dan pemberian resep antibiotik berdasarkan insentif ekonomi dari industri farmasi. [vg]

XS
SM
MD
LG