Tautan-tautan Akses

Sengketa Wilayah di Asia Tenggara Dorong Penambahan Keterlibatan Militer AS


Presiden Obama, didampingi PM Australia Julia Gillard, berpidato di depan pangkalan angkatan udara Royal Army di Darwin, Australia (17/11). AS-Australia menyepakati peningkatan kehadiran militer AS di kawasan.
Presiden Obama, didampingi PM Australia Julia Gillard, berpidato di depan pangkalan angkatan udara Royal Army di Darwin, Australia (17/11). AS-Australia menyepakati peningkatan kehadiran militer AS di kawasan.

Kehadiran militer AS dinilai analis untuk mengimbangi kekuatan militer Tiongkok dan adanya sengketa wilayah di Laut Cina selatan.

Rencana Amerika mengirim personil militer tambahan ke Australia beberapa tahun mendatang menuai tanggapan beragam di kalangan pemimpin ASEAN yang khawatir akan meningkatnya kemungkinan konfrontasi militer.

Dalam jumpa pers setelah KTT Asia Timur, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak mengatakan apakah ia mendukung atau menentang kesepakatan antara Australia dan Amerika untuk menempatkan hingga 2.500 tentara Amerika di Australia dalam beberapa tahun mendatang.

Yudhoyono hanya menyatakan ia percaya Amerika bertekad menjaga perdamaian di kawasan itu.

Menurut Carl Thayer, analis Asia Tenggara pada Akademi Pertahanan Australia di Universitas New South Wales, meskipun beberapa pemimpin bersikap mendua – dalam arti tidak menolak tapi juga tidak menerima keberadaan personil militer tambahan Amerika di Australia itu, tetapi umumnya pemimpin kawasan menyambut baik kabar itu.

“Secara perlahan negara-negara itu meningkatkan kemampuan, tapi mereka membutuhkan negara besar untuk menyeimbangkan satu sama lain. Jadi kehadiran Amerika memungkinkan mereka bernafas, berperan utama, karena Cina kini harus memperhitungkan fakta bahwa Amerika terlibat di kawasan itu,” demikian analisa Carl Thayer.

Laut Cina Selatan adalah kepentingan strategis besar dalam lalu lintas perdagangan dunia. Cina, Filipina, Vietnam, Taiwan, Brunei Darussalam dan Malaysia mengklaim bagian-bagian wilayah itu.

Tiongkok mengklaim seluruh Laut Cina Selatan dan menyatakan sengketa apapun harus ditangani secara bilateral saja. Amerika tidak memihak negara tertentu atas klaim itu, tapi mendukung pendekatan multilateral guna menyelesaikan sengketa berdasarkan hukum maritim internasional dan Konvensi PBB tentang Hukum Kelautan.

Carl Thayer mengatakan dari 18 negara yang menghadiri KTT Asia Timur di Bali, hanya Myanmar dan Kamboja yang tidak khawatir mengenai sengketa wilayah di Laut Cina Selatan dan hampir semua pemimpin ASEAN mendukung sikap Presiden Obama.

XS
SM
MD
LG