Tautan-tautan Akses

Semakin Banyak Perempuan Muda Tinggal Serumah dengan Orang Tua


Seorang dari generasi millennial mencari rumah di Florida. Kini lebih banyak orang menunda membeli rumah dan malah tinggal serumah dengan orang tua atau keluarga mereka.
Seorang dari generasi millennial mencari rumah di Florida. Kini lebih banyak orang menunda membeli rumah dan malah tinggal serumah dengan orang tua atau keluarga mereka.

Persentase perempuan muda yang tinggal dengan orang tua atau keluarga mereka mencapai tingkat tertinggi sejak 1940 karena semakin banyak perempuan 'millennial', generasi yang lahir awal 1980an hingga awal 2000an, menunda menikah, kuliah dan menanggung biaya hidup yang tinggi. Analisa Pew Research Center terhadap data Badan Sensus AS mendapati 36,4 persen perempuan berusia antara 18 hingga 34 hidup dengan orang tua atau keluarga mereka pada tahun 2014, jumlah tertinggi bahkan jika dibandingkan tahun 1940, ketika 36,2 persen tinggal bersama keluarganya.

Namun dunia yang dihadapi perempuan saat ini jauh berbeda, walaupun ada tren "statistik seperti masa lalu," kata Richard Fry, seorang ahli ekonomi di Pew.

Kenapa mereka kembali

Fry mengatakan perempuan muda kini tinggal serumah lebih lama dengan orang tua mereka karena kemungkinan menikah lebih kecil daripada tahun 1940 dan kemungkinan besar berpendidikan tinggi. Tekanan-tekanan ekonomi lain, seperti meningkatnya hutang pinjaman untuk kuliah, biaya hidup yang lebih tinggi dan ketidakpastian ekonomi, juga menjadi penyebabnya.

Casey Ballard dulunya tinggal di Portland, Oregon, tapi dua per tiga gajinya habis untuk membayar sewa tempat tinggal dan ia ingin banting setir karirnya. Ia kemudian kembali ke rumah orang tuanya pada bulan September di California dan menjadi guru pengganti serta mencoba menjadi guru tetap.

"Ada rasa frustrasi dan saya merasa gagal," katanya tentang pulang dan tinggal bersama orang tuanya. "Tapi pemikiran logis memaksa saya melakukan hal itu."

Bagaimana dengan laki-laki muda?

Lebih banyak laki-laki muda tercatat tinggal dengan orang tua mereka lebih lama, dan tekanan-tekanan ekonomi dan budaya serupa membuat semakin banyak laki-laki kembali ke rumah orang tua mereka beberapa tahun belakangan. Tapi persentase laki-laki muda yang hidup serumah dengan orang tua dan keluarga mereka, 42,8 persen, lebih rendah daripada tahun 1940 yaitu 47,5.

Persentase laki-laki dan perempuan muda yang hidup serumah dengan keluarga mereka setelah tahun 1940 turun karena lebih banyak perempuan yang masuk ke dunia kerja, lapangan kerja meningkat, dan tingkat pernikahan juga naik.

Kalau dulu pernikahan menjadi faktor pendorong seseorang tidak lagi hidup serumah dengan keluarganya, kini semakin banyak orang menikah di usia yang lebih tua. Rata-rata usia pernikahan bagi perempuan kini 27 tahun, naik dari 21,5 pada tahun 1940. Bagi laki-laki, 29,3, naik dari 24,3 pada tahun 1940.

Semakin banyak perempuan dan laki-laki muda mulai tinggal serumah atau pulang ke rumah setelah tahun 2000, tren yang semakin meningkat karena ketidakpastian ekonomi akibat ambruknya sektor perumahan dan resesi pada akhir tahun 2000an.

Pengaruh pekerjaan dan faktor keragaman budaya

Walaupun generasi muda ini jelas pulang ke rumah karena tekanan-tekanan ekonomi, namun menurut Fry hal ini bukan merupakan masalah tenaga kerja. Contohnya, lebih banyak orang muda yang tinggal dengan keluarga mereka daripada tahun 2010, walaupun lapangan kerja telah meningkat sejak itu.

"Bursa lapangan kerja jauh lebih baik (bagi kelompok ini),'' kata Fry. "Tingkat pengangguran turun, ada lebih banyak lapangan pekerjaan dan bahkan beberapa di antaranya menawarkan gaji yang lebih tinggi.''

Salah satu faktor lainnya, kata Fry, adalah meningkatnya keragaman etnis pada demografi umur ini, yang memperkenalkan tradisi budaya di mana anak tinggal serumah dengan orang tua mereka lebih lama.

"Saya pikir tidak seburuk yang orang pikir,'' kata Stacey Sholes, 26, yang pulang dan tinggal serumah dengan orang tuanya di Fresno, California, delapan bulan lalu setelah kuliah di San Francisco dan bekerja di Los Angeles.

Sholes masih belum bisa lulus karena masih harus menyelesaikan beberapa kredit mata kuliah lagi, tapi ia tidak yakin mau menyelesaikan kuliahnya karena kampusnya sangat mahal dan tidak yakin bisa mendapatkan kerja di industri film walaupun ia punya gelar di bidang itu.

Ia tinggal dengan orang tuanya sambil terus berusaha memikirkan apa yang akan ia lakukan, dan bekerja di toko tempat ia pernah bekerja dulu ketika berusia 18 tahun, selama musim liburan untuk mendapatkan penghasilan.

Memang ada sedikit ketidaknyamanan tinggal bersama orang tua, seperti ketika ia lupa membereskan ruangannya atau mengabari orang tuanya ketika berada di luar rumah. Tapi di luar itu, ia nyaman tinggal bersama keluarganya.

Walaupun begitu, ia berharap segera menemukan tempat baru.

"Saya punya keluarga yang sangat penyayang dan mendukung saya, mereka tidak mempermasalahkan hal ini," katanya. "Rumah orang tua saya tempat yang cocok untuk saya tempati sementara saya memikirkan masa depan saya.'' [dw]

XS
SM
MD
LG