Tautan-tautan Akses

Sekeluarga Selamat dari Kecelakaan AirAsia karena Ketiduran


Keluarga Chandra Susanto memperlihatkan tiket AirAsia QZ8501 mereka. Mereka batal berangkat karena terlambat bangun pada hari keberangkatan (Foto: Petrus Riski).
Keluarga Chandra Susanto memperlihatkan tiket AirAsia QZ8501 mereka. Mereka batal berangkat karena terlambat bangun pada hari keberangkatan (Foto: Petrus Riski).

Dibalik peristiwa kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 beberapa orang bersyukur tidak jadi berangkat menumpang pesawat itu. Seorang calon penumpang dan keluarganya batal berangkat, karena terlambat bangun dan telah memperoleh firasat.

Liburan akhir tahun ke Singapura telah menjadi rencana bersama keluarga Chandra Susanto dan Inge Goreti Ferdiningsih, setelah setahun lamanya disibukkan dengan pekerjaan. Berbagai persiapan telah dilakukan, termasuk memesan tiket pesawat AirAsia sejak Maret 2014. Inge Goreti Ferdiningsing mengungkapkan, liburan akhir tahun ini merupakan keinginan dirinya dan suami, serta ketiga anaknya yang masih duduk dibangku SD.

“Kami rencana ke Singapura untuk berlibur, jadi kita sudah siapkan ke mana-mana saja kami akan pergi,” kata Inge.

Tidak terbayangkan apa yang akan terjadi pada keluarganya, bila pada hari Minggu (28/12) yang lalu mereka berlima berangkat berlibur ke Singapura. Pesawat AirAsia QZ8501 yang akan membawa mereka berlibur, ternyata jatuh di laut Jawa sekitar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Inge mengaku, bahwa kejadian terlambat bangun yang membuat dirinya sekeluarga batal berlibur, ternyata menjadi penyelamat dari peristiwa kecelakaan pesawat itu.

“Keinginan kami itu pergi, jadi memang kami tidak ada niatan untuk membatalkan penerbangan tersebut. Kami ketiduran juga, jam 05.20 WIB seharusnya. Jadi kita sampai jam 01.00 sampai rumah, kita berdoa bersama terus tidur, lha kita kebangunnya itu jam 05.10 WIB. Ya tidak mungkin kita berangkat,” kata Inge.

Terlepas dari seluruh peristiwa yang menghambat lima orang sekeluarga ini berangkat ke Singapura, Inge meyakini ada campur tangan Tuhan yang mengingatkan akan adanya bahaya bila dia berangkat.

“Sekelebat itu terlintas bayangan, Tuhan mungkin kasih penglihatan ya, saya jelas sekali melihat pesawat AirAsia, gambaran pesawat AirAsia crash (tabrakan), pecah. Nah, terus di dalam hati saya itu ada yang bicara, kamu berlima akan celaka,” papar Inge.

Lolosnya mereka dari tragedi diyakini Inge sebagai bentuk cinta Tuhan atas dirinya dan keluarganya, meski dia juga menyakini Tuhan memiliki rencana yang tidak dapat dipahami manusia dengan kecelakaan pesawat yang ditumpangi 162 orang di dalamnya.

Romo Agustinus Tri Budi Utomo, Vikaris Jenderal Keuskupan Surabaya mengungkapkan, peristiwa kecelakaan maupun musibah merupakan salah satu rencana Tuhan yang tidak dapat dimengerti manusia. Tri Budi Utomo mengajak semua orang tanpa memandang perbedaan agama, keyakinan, maupun latar belakang kesukuan, untuk saling mendoakan semua saja yang telah menjadi korban kecelakaan, serta bagi kebaikan seluruh alam.

“Saya ingin mengajak Anda sekalian berdoa bersama saya untuk saudara-saudari kita yang wafat sebagai pahlawan kehidupan, yang karena musibah alam maka terjadilah kecelakaan ini. Apa pun agama, apa pun keyakinan, yang masih bisa kita lakukan, yang terbaik adalah berdoa bagi para korban,” kata : Romo Agustinus Tri Budi Utomo.

XS
SM
MD
LG