Tautan-tautan Akses

Rusia Minta Maaf pada Perancis karena Salah Tuding


A devotee lights oil lamps at a religious ceremony during the Diwali festival at a Hindu temple in Colombo, Sri Lanka.
A devotee lights oil lamps at a religious ceremony during the Diwali festival at a Hindu temple in Colombo, Sri Lanka.

Rusia menuduh pesawat Perancis melakukan manuver berbahaya di dekat pesawat Rusia yang sedang membawa delegasi anggota parlemen, sebuah tudingan yang salah alamat.

Rusia hari Senin (19/10) memanggil Duta Besar Perancis Jean-Maurice Ripert untuk menyampaikan protes atas apa yang disebutnya sebagai manuver berbahaya jet tempur Perancis di dekat pesawat Rusia yang sedang membawa delegasi anggota parlemen.

Protes keras itu ternyata salah alamat. Pesawat tempur yang melakukan maneuver berbahaya itu ternyata milik pemerintah Swiss, sehingga akhirnya Rusia minta maaf pada Perancis.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan telah memanggil Duta Besar Perancis untuk menyampaikan “keprihatinan mendalam” tentang pesawat tempur Perancis yang “terbang sangat dekat” dengan pesawat Rusia yang membawa ketua majelis rendah parlemen Rusia – Sergei Naryshkin dan delegasinya dari Jenewa.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan insiden itu “merusak prospek Perancis untuk menyelenggarakan pertemuan multilateral”.

Perancis mengatakan tidak satu pesawat tempur pun terlibat dalam insiden itu dan kemudian menyesalkan pemanggilan itu dengan nada dingin.

“Kami menyesalkan pemanggilan tiba-tiba duta besar Perancis di Moskow itu,” ujar pernyataan itu.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Swiss Peter Minder mengatakan sebuah pesawat jet tempur melakukan misi pengawasan udara rutin dan membantah pesawatnya terbang terlalu dekat dengan pesawat Rusia itu.

“Kami melakukan misi pengawasan udara biasa yang normal di wilayah udara Swiss,” ujar Minder. “Kami melakukannya 300 – 350 kali per tahun”.

Akhirnya Rusia minta maaf pada Perancis.

“Permintaan maaf itu disampaikan kepada Perancis melalui saluran-saluran diplomatik”, ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam pernyataan yang ditayangkan televisi itu. [em/ii]

Recommended

XS
SM
MD
LG