Tautan-tautan Akses

Risiko Kematian Akibat Kelaparan di Afrika Semakin Besar


Anak yang menderita kurang gizi akut, Sacdiyo Mohamed, usia 9 bulan mendapat perawatan di Rumah Sakit Banadir setelah ibunya Halima Hassan Mohamed mengungsi untuk menghindari bencana kekeringan di Somalia dan pergi ke ibukota Mogadishu dengan mobil di Somalia, hari Sabtu, 11 Maret 2017 (foto: AP Photo/Mohamed Sheikh Nor)
Anak yang menderita kurang gizi akut, Sacdiyo Mohamed, usia 9 bulan mendapat perawatan di Rumah Sakit Banadir setelah ibunya Halima Hassan Mohamed mengungsi untuk menghindari bencana kekeringan di Somalia dan pergi ke ibukota Mogadishu dengan mobil di Somalia, hari Sabtu, 11 Maret 2017 (foto: AP Photo/Mohamed Sheikh Nor)

Peringatan akan meningkatnya peluang kematian masal akibat kelaparan di Tanduk Afrika, Yaman, Nigeria, dan Sudan Selatan telah dikeluarkan oleh PBB dan lembaga-lembaga bantuan internasional.

PBB dan lembaga-lembaga bantuan internasional memperingatkan peluang meningkatnya kematian masal akibat kelaparan di Tanduk Afrika, Yaman, Nigeria, dan Sudan Selatan. Sedikitnya uang yang tersedia mendorong krisis kemanusiaan semakin dekat.

Lembaga-lembaga bantuan dihantui oleh kejadian kelam bencana kelaparan tahun 2011 di Tanduk Afrika, yang menewaskan lebih dari 260.000 orang, dimana setengahnya adalah anak balita. Mereka tidak ingin tragedi tersebut terulang lagi, namun mereka mengkhawatirkan dahsyatnya krisis kemanusiaan saat ini yang mencengkram Yaman, Tanduk Afrika dan negara-negara sekitarnya yang dapat menimbulkan tragedi yang bahkan lebih buruk lagi.

Lembaga bantuan pengungsi PBB melaporkan kelaparan dan konflik memaksa jumlah orang yang semakin besar untuk mengungsi dari negara-negara mereka dan melewati garis-garis perbatasan guna mencari makanan dan tempat perlindungan. Jurubicara UNHCR, Adrian Edwards, menyatakan jumlah pengungsi semakin meningkat.

“Kegagalan panen yang berturut-turut, konflik di Sudan Selatan ditambah dengan kekeringan yang mengarah pada bencana kelaparan dan meningkatnya jumlah pengungsi, ketidakamanan di Somalia mengarah pada meningkatnya pengungsi dalam negeri, dan tingkat kekurangan gizi yang tinggi, khususnya diantara anak-anak dan ibu-ibu menyusui,” ujarnya.

Edwards menyatakan di kawasan Dollo Ado di tenggara Ethiopia, tingkat kekurangan gizi akut di antara pengungsi anak-anak Somalia yang baru tiba berkisar antara 50 hingga hampir 80 persen.

Lembaga-lembaga bantuan meningkatkan operasi-operasi bantuan kemanusiaan di timur laut Nigeria, Sudan Selatan, Somalia, dan Yaman, dimana lebih dari 20 juta orang mengalami bencana kelaparan atau terancam bencana kelaparan.

Namun Edwards menyatakan pada VOA usaha-usaha yang dilancarkan bisa berakhir dengan kegagalan, ia memperingatkan permasalahan yang ada dapat mencapai tingkat bencana tanpa adanya penyaluran dana bantuan.

“Apa yang kami cari adalah kebutuhan pendanaan di seluruh masyarakat internasional,” ujarnya. “Ini benar-benar situasi yang sungguh kritis yang secara cepat menyebar ke seluruh jalur di Afrika dari barat ke timur. Sungguh-sungguh dibutuhkan pembahasan mendesak guna tercapainya aksi bersama internasional.”

Awal tahun ini, PBB meluncurkan permohonan dana sejumlah $4,4 milyar untuk memberikan bantuan yang dapat menyelamatkan jiwa di empat negara yang terdampak bencana kelaparan. Terhitung hari ini, hanya 21 persen dari jumlah yang dibutuhkan tersebut yang telah diterima, jauh dari mencukupi untuk menghindari bencana kemanusiaan. [ww]

XS
SM
MD
LG