Tautan-tautan Akses

Kesan Ramadhan dari SUNY Buffalo


Kampus SUNY di Buffalo, New York.
Kampus SUNY di Buffalo, New York.

Perbedaan suasana Ramadhan antara di Amerika dan di tanah air justru menghadirkan kesan tersendiri.

State University of New York (SUNY) Buffalo adalah bagian dari sistem universitas negeri negara bagian New York, di bagian timur laut Amerika, sekitar 30 kilometer dari Air Terjun Niagara yang merupakan salah satu keajaiban alam dunia. SUNY Buffalo memiliki kampus terbesar dan paling komprehensif dibanding 63 kampus lain yang tergabung dalam sistem universitas negeri New York.

Sebanyak hampir 30 ribu mahasiswa saat ini sedang menuntut ilmu di berbagai disiplin pada berbagai jenjang di SUNY Buffalo, dengan hampir 2.400 dosen. Sekitar 30 mahasiswa Indonesia belajar di universitas yang populer di kalangan mahasiswa internasional ini.

Ida Sri Oktaviana adalah salah seorang mahasiswa Indonesia di kampus SUNY Buffalo. Dosen di Universitas Tandulako, Palu, ini sedang menempuh studi S2 jurusan Teknik Seismologi.

Ida mengatakan, selama bulan Ramadhan kali ini, ia tetap menikmati dan menunaikan ibadah puasa dengan khusuk walaupun jauh dari sanak saudara dan berbagai kebiasaan di tanah air. Menurutnya, tergantung niat seseorang, berpuasa di Amerika sebenarnya tidak sulit. Seiring dengan semakin banyaknya imigran dari negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini tidak sulit menemukan tempat-tempat yang menjual berbagai makanan halal dan yang lebih penting semakin banyak tempat-tempat ibadah bagi umat Islam. Ida mengatakan ia sering pergi ke mesjid itu bersama teman-teman lain untuk bertarawih.

“Di Buffalo ini ada sekitar tujuh sampai sembilan masjid, dan yang terdekat dari kampus kami adalah masjid An-Nur. Jadi biasanya kalau mau ke masjid kita pergi bersama teman-teman yang punya mobil,” kata Ida.

Menemukan tempat ibadah bagi kaum Muslim di Amerika bukan hal yang sangat sulit.
Menemukan tempat ibadah bagi kaum Muslim di Amerika bukan hal yang sangat sulit.

Bulan puasa kali ini adalah yang kedua bagi Ida selama tinggal di Buffalo. Seperti tahun sebelumnya, Ramadhan kali ini berlangsung pada musim panas. Ida mengakui, “Waktu siangnya itu lebih panjang, antara 14-16 jam. Untuk awalnya itu terasa agak berat, tapi Alhamdulliah lama-lama bisa diatasi.” Walaupun ia berpuasa, ia tetap aktif dengan berbagai kegiatan.

Ida merasa senang dapat mengikuti berbagai kegiatan, termasuk acara buka puasa bersama, yang diselenggarakan oleh Asosiasi Mahasiswa Muslim atau Muslim Students Association (MSA) di kampusnya. Katanya, “Selama bulan puasa, MSA atau Muslim Students Association sering mengadakan buka puasa bersama. Ada juga acara pengajian, dan biasanya MSA mengundang pembicara-pembicara tertentu selama bulan puasa.”

Ida mengatakan berpuasa di tempat yang jauh dari rumah memang berbeda dan seringkali ia merasa kangen dengan keluarga serta rindu dengan kebiasaan-kebisaan dan suasana Ramadan di tanah air. Namun, perbedaan-perbedaan itu pada akhirnya justru mengesankan.

“Suasananya memang berbeda, pertama kita jauh dari keluarga; jadi sering ada rasa kangen dengan keluarga. Terus ada kangen juga dengan suasana Ramadhan yang di Amerika itu berbeda. Tapi juga Ramadhan di Amerika itu menjadi lebih berkesan pada akhirnya,” ungkap Ida.

Menurut Ida, selama Ramadhan banyak orang Amerika bertanya mengenai Islam dan puasa. Kata Ida, “Sering kali selama Ramadan ini kawan-kawan yang non-Muslim, terutama orang Eropa atau Amerika biasanya ada pertanyaan-pertanyaan tentang Ramadhan dan tentang Islam. Hal itu memacu kita untuk lebih banyak tahu sehingga kita mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kawan-kawan kita itu.”

Oleh karena itu, ia terpacu untuk belajar lebih banyak mengenai Islam. Menurutnya, Ramadhan juga merupakan kesempatan untuk berbagi pengetahuan tentang Islam dengan orang-orang Amerika.

XS
SM
MD
LG