Tautan-tautan Akses

Presiden Turki Hidupkan Kembali Isu Hukuman Mati


Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan memberikan pidato di Kahramanmaras, Turki tenggara, Jumat (17/2).
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan memberikan pidato di Kahramanmaras, Turki tenggara, Jumat (17/2).

Demonstran meneriakkan “Kami ingin hukuman mati” ketika 40 tentara digiring ke pengadilan Ankara. Para tentara itu dituduh berusaha membunuh Presiden Recep Tayyip Erdogan selama kudeta yang gagal bulan Juli di mana 250 orang lebih tewas.

Erdogan yang berkeliling Turki untuk mengumpulkan dukungan bagi referendum bulan April untuk memperpanjang kekuasaannya sebagai presiden berjanji untuk mengembalikan hukuman mati.

“Jika parlemen mengesahkan UU untuk memberlakukannya kembali, saya akan menandatanganinya dan memenuhi utang saya terhadap para syuhada negara kita,” kata Erdogan kepada ribuan pendukungnya di kota Kahramanmaras, Turki, hari Jumat.

Hukuman mati dihapuskan oleh Erdogan ketika ia menjadi perdana menteri tahun 2004 sebagai bagian dari upaya negara itu untuk bergabung dengan Uni Eropa, tapi pengembalian hukuman itu akan disukai banyak pihak nasionalis dan pemilih konservatif yang mendukungnya.

Dengan kemarahan yang masih dirasakan terhadap mereka yang berada dibelakang upaya kudeta itu dan maraknya kembali serangan-serangan teror oleh pemberontak Kurdi, para analis memperkirakan pemberlakuan kembali hukuman mati itu, akan meraih dukungan dari pemilih.

“Ada keinginan besar dari rakyat untuk menggantung mereka yang dianggap bedebah. Saya kira rakyat merasa demikian,” kata Atilla Yesilada, konsultan politik dari kemitraan Global Source, tapi Yesilada memperingatkan Turki akan membayar mahal.

“Jika hukuman mati diberlakukan, Uni Eropa tidak punya pilihan lain kecuali memutuskan hubungan dengan Turki,” katanya.

Uni Eropa telah memperingatkan Turki, upayanya untuk bergabung secara otomatis akan dibekukan, tapi dengan sedikitnya kemajuan upaya itu, akibat tentangan dari beberapa anggota Uni Eropa, banyak warga Turki yang tidak senang pada Uni Eropa.

Erdogan mengatakan dia tidak akan patuh pada tuntutan Eropa, merujuknya dengan sebutan “Hans dan George”, sebaliknya akan mendengar rakyat Turki, dan firman Allah.

Dalam kampanye di Kahramanmaras Erdogan mengatakan kepada pendukungnya, “Saya mendengarkan Ayses dan Ahmet dari negara kita,” merujuk pada nama Muslim Turki tradisional, sembari menambahkan “saya mendengar kata-kata dari Allah”.

Menurut analis, tidak terhindarkan, kembalinya hukuman mati akan memperburuk perpecahan politik dan etnis di negara itu jika anggota kelompok pemberontak Kurdi, PKK, dieksekusi, sementara pemisahan diri dari Uni Eropa juga akan mengancam ekonomi negara itu yang rentan. [my/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG