Amerika Serikat berjanji akan melanjutkan persekutuan dengan Korea Selatan untuk mengatasi ancaman dari Korea Utara, setelah Moon Jae-in, seorang pengacara hak asasi manusia liberal dan putera pengungsi dari Korea Utara, mengumumkan kemenangan dalam pemilihan presiden Korea Selatan, hari Selasa (9/5).
Tetapi para ahli mengatakan kemenangan Moon dapat mengurangi tekad Korea Selatan untuk menghadapi Korea Utara dalam program nuklir dan misilnya.
Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih mengatakan siap "maju untuk bekerja dengan Presiden terpilih Moon guna terus memperkuat aliansi antara Amerika dan Republik Korea dan untuk memperdalam persahabatan dan kemitraan yang berkelanjutan antara kedua negara."
Juru bicara Gedung Putih Sean Spicer mengatakan, Presiden Donald Trump siap bertemu dengan Presiden terpilih Moon dan "membicarakan tentang kepentingan bersama kami."
"Dalam bekerja sama dengan sekutu, mitra dan pihak-pihak lain" dan menggunakan "segala cara yang ada" calon wakil menteri Luar Negeri Amerika John Sullivan mengatakan kepada anggota parlemen Amerika hari Selasa bahwa "tujuan kami adalah membuat Semenanjung Korea bebas nuklir."
Dalam dengar pendapat mengenai pencalonannya, Sullivan mengatakan kepada Komite Senat bahwa semua opsi tersedia, termasuk "cara lain yang ada di Departemen Pertahanan." Ini mencerminkan pandangan Sekretaris Negara Rex Tillerson tentang Korea Utara.
Moon juga mengkritik penempatan sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Korea Selatan, dengan mengatakan bahwa Amerika seharusnya menunggu presiden baru membuat keputusan akhir untuk memasang sistem pertahanan bernilai satu miliar dolar itu.
Moon telah berbicara dengan Presiden Trump tentang siapa yang harus membayar penggunaan sistem itu.[sp]
