Tautan-tautan Akses

Presiden SBY Bantah Dirinya Peragu dalam Memimpin


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, sebagai pemimpin, ia mengaku harus pragmatis dan sesekali mengalah atau berkompromi, saat menghadapi konflik politik.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membantah dirinya seorang peragu dalam mengambil keputusan. Sebagai pemimpin, ia mengaku harus pragmatis dan sesekali mengalah atau berkompromi, saat menghadapi konflik politik.

Pernyataan Presiden itu disampaikan dalam pidato di hadapan peserta forum Indonesian Young Leaders 2011 di Jakarta hari Kamis. Forum ini diselenggarakan oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Presiden mengaku seringkali ia dihadapkan pada pilihan-pilihan atau situasi yang tidak selalu menguntungkan; baik itu kebijakan ekonomi atau keputusan politik. Untuk menghindari konflik yang lebih besar, ia mengambil langkah kompromi dan bersikap pragmatis.

“Jika sekali-kali saya mengalah dalam tarik menarik dan konflik politik. Sekali-kali saya berkompromi, sekali-sekali saya lebih baik membangun konsensi. Saya tidak ragu atau tidak berani. tetapi karena saya tidak ingin konflik makin menjadi-jadi dan benturan politik itu yang akhirnya membawa negara kita persis seperti situasi 11-12-13 tahun yang lalu. Saya tahu banyak kritik, saya tahu harus menahan perasaan, tapi itulah pilihan saya dengan segala pertimbangan,” ujar Presiden.

Di hadapan para pengusaha muda tersebut, SBY mengatakan kerja pemerintah hari ini tidak lepas dari reformasi, dan bukan revolusi. Oleh karena itu meskipun langkah yang dilakukan pragmatis, ia sekaligus tidak menginginkan hukum dapat dikompromikan; baik untuk parpol atau perusahaan tertentu.

Dengan gaya kepemimpinan yang moderat, Presiden berharap demokrasi dan HAM dapat semakin ditingkatkan.

“Saya berkeyakinan dan dengan itu saya juga mengupayakan di negeri ini bahwa demokrasi dan HAM yang menjadi roh reformasi, itu penting. Tetapi implementasi dan pengembangannya harus berada dalam keseimbangan, dalam keamanan dan ketertiban publik. Tidak ada yang boleh dikorbankan. Itulah negara yang kita bangun dan tuju,” kata SBY.

Sementara itu Ketua Departemen Pemberdayaan Daerah HIPMI, Raditya Priamanaya Djan, menilai kepemimpinan adalah sesuatu yang harus dimiliki untuk maju. Ia menilai pemimpin juga harus adil.

Raditya mengatakan,"Pemimpin itu harus berani, visioner, dan harus adil memang,. Tapi adil itu harus ada tahanpannya, ada proses karena tidak ada ukuran yang pasti. Setiap keputusan yang baik belum tentu benar dan keputusan yang benar belum tentu memuaskan semua orang.”

Forum Young Indonesian Leaders 2011 diadakan untuk menggali lebih banyak ide di berbagai bidang; ekonomi, politik, serta sosial budaya yang dikembangkan oleh generasi muda untuk Indonesia pada masa depan.

“Lima, 10, 15, 20 tahun mendatang apa yang akan kita kerjakan, karena kita lihat sekarang banyak masalah dan banyak problem, maka kita harus segera bertindak karena kalau tidak kita akan tenggelam. Kami dari HIPMI mengajak semua kalangan, apa yang dapat kita lakukan ke depan.”

Forum ini dihadiri oleh kalangan wirausaha, pendidik, dan politisi muda; antara lain Dekan Fakultas Ekonomi UI, Profesor Firmanzah, Walikota Solo, Joko Widodo, serta politisi Yenny Wahid dan pengusaha Sandiaga Uno.

XS
SM
MD
LG