Tautan-tautan Akses

Presiden: Nilai Tukar Rupiah Melemah Karena Pengaruh Global


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah adalah karena pengaruh global. (Foto: Dok)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah adalah karena pengaruh global. (Foto: Dok)

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menepis anggapan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah adalah karena ketidakpastian terkait kenaikan BBM bersubsidi.

Menyusul melemahnya nilai tukar rupiah pekan ini, yang menembus lebih dari Rp 10.300 per dolar Amerika, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan hal itu terjadi karena pengaruh global dan hal serupa juga terjadi pada negara-negara lain di kawasan Asia seperti Jepang, Hong Kong, Thailand dan Singapura.

Penegasan presiden tersebut menanggapi pendapat beberapa pengamat yang mengatakan nilai tukar rupiah melemah akibat ketidakpastian kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Presiden menegaskan pemerintah beker jasama dengan Bank Indonesia terus berupaya menstabilkan nilai tukar rupiah.

Dalam anggaran negara 2013, pemerintah mengasumsikan nilai tukar rupiah sebesar Rp 9.300 per dollar Amerika.

“Pemerintah, Bank Indonesia, kemudian OJK, Otoritas Jasa Keuangan, dan juga LPS, Lembaga Penjamin Simpanan, terus bekerja untuk mengelola dalam forum yang telah dibentuk di negeri ini yang disebut dengan forum stabilitas sistem keuangan,” ujar Presiden Yudhoyono di Istana Negara, Rabu (12/6).

Terkait kenaikan BBM, Presiden mengatakan pemerintah tetap akan melakukannya dan memberikan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) untuk mereka yang kurang mampu.

Rencananya, rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat akan membahas kenaikan harga BBM bersubsidi pada Senin 17 Juni 2013.

“Cara ini (BSLM) bukan hanya terjadi di Indonesia tapi juga dilaksanakan oleh banyak negara di dunia menyangkut anggaran untuk kompensasi atau bantuan dan proteksi sosial bagi golongan tidak mampu,” ujar Presiden Yudhoyono.

Dalam kesempatan berbeda, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Suryo Bambang Sulisto mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah berdampak negatif pada kegiatan impor karena pengusaha harus membayar dalam bentuk mata uang dolar Amerika.

“Jadi keprihatinan kita kalau sampai rupiah ini terus melemah karena tentu ada dampaknya kepada stabilitas impor ya,” ujarnya.

Analis dari kantor sekuritas Valubury Asia, Nico Omer Jonckheere mengatakan, pengusaha merupakan kelompok yang paling cepat terkena dampak akibat fluktuasi nilai tukar mata uang.

Meski melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berdampak negatif terhadap kegiatan impor namun positif terhadap kegiatan ekspor, ujarnya.

Diakuinya, sulit mengantisipasi fluktuasi nilai tukar mata uang karena dapat terjadi setiap saat yang disebabkan oleh faktor global maupun dalam negeri.

“Orang menginginkan mata uang itu kuat kan karena daya belinya masyarakat akan naik, kalau pengusaha mengeluh ya itu percuma saja. Kalau melakukan bisnis apalagi ekspor-impor tahu resikonya kan, memperhatikan fluktuasi mata uang,” ujarnya.

Recommended

XS
SM
MD
LG