Tautan-tautan Akses

Polisi Buru 4 Teroris yang Kabur dari Tanjung Gusta


Juru bicara kepolisian Sumatera Utara, Kol. Raden Heru Prakoso menunjukkan foto 4 orang buron berbahaya yang kabur dari Lapas Tanjung Gusta (16/7).
Juru bicara kepolisian Sumatera Utara, Kol. Raden Heru Prakoso menunjukkan foto 4 orang buron berbahaya yang kabur dari Lapas Tanjung Gusta (16/7).

Perburuan terhadap empat teroris di Indonesia terus berlanjut, seminggu setelah lebih dari 200 narapidana melarikan diri dari Lapas yang dijaga ketat di Sumatera Utara.

Polisi telah mengerahkan unit operasi khusus untuk menangkap para narapidana berbahaya itu, sementara Malaysia dalam siaga tinggi.

Lebih dari 200 narapidana melarikan diri dari Lapas Tanjung Gusta dalam kerusuhan fatal yang terjadi pekan lalu ketika mereka memprotes buruknya fasilitas dan kebijakan remisi yang lebih ketat. Lebih dari 100 dari narapidana yang melarikan diri telah berhasil ditangkap kembali, tapi 106 narapidana lainnya masih buron - termasuk empat teroris.

Keempat pria itu - Fadli Sadama, Agus Sunyoto, Nibras dan Abdul Gani Siregar - dipenjara karena melakukan perampokan bank di Sumatera Utara, dan serangan terhadap kantor polisi tahun 2010.

Para buronan itu disebut-sebut terkait dengan Toni Togar, teroris yang memiliki hubungan dengan kelompok ekstrimis Jemaah Islamiyah Asia Tenggara. Togar sedang menjalani hukuman 20 tahun penjara atas perannya dalam serangkaian pengeboman gereja tahun 2000.

Pengamat terorisme Noor Huda Ismail mengatakan dari keempat narapidana itu, Fadli Sadama, seorang penjahat kambuhan yang terkait terorisme regional, adalah yang paling berbahaya.

"Dia adalah orang yang sangat ekstrim dalam berjihad. Saya pernah mewawancarainya dua kali dan ia tidak menyesali apapun yang dilakukannya di masa lalu. Jadi kemungkinannya untuk kembali ke jaringannya cukup besar. Tapi tantangannya adalah apakah ia dapat tempat berlindung yang aman, atau kontak yang dapat mendukungnya serta dukungan logistik," kata Noor Huda.

Huda mengatakan ada hubungan yang erat antara ekstrimis dan kriminal di Sumatera, dan Sadama kemungkinan akan memanfaatkan keduanya untuk menemukan tempat perlindungan yang aman.

Di masa lalu, Sadama, 27 tahun, menyelundupkan metafetamin dari Malaysia ke Indonesia untuk mendanai kegiatan teror.

Dia ditangkap di negara bagian Johor Baru di Malaysia tahun 2010 setelah tertangkap basah hendak menyelundupkan senjata ke Indonesia.

Dengan adanya beberapa pintu masuk ilegal, satuan tugas kontra-teroris Malaysia mengatakan telah menyarankan pemerintah untuk lebih waspada dalam melakukan patroli di perbatasan.

Di Indonesia, Polri telah mengerahkan satuan tugas anti-teroris yang didanai Amerika ke Medan, menyebarluaskan foto-foto narapidana yang buron dan mendesak masyarakat untuk melaporkan jika melihat sesuatu yang mencurigakan.

Recommended

XS
SM
MD
LG