Tautan-tautan Akses

Pihak Oposisi Kongres Kecam Obama Soal Keamanan Diplomat AS di Libya


Duta Besar AS untuk PBB, Susan Rice, yang dikecam pihak oposisi Kongres karena awalnya mengkaitkan serangan di Benghazi berkaiyan dengan protes sebuah film anti Islam. (Foto: dok)
Duta Besar AS untuk PBB, Susan Rice, yang dikecam pihak oposisi Kongres karena awalnya mengkaitkan serangan di Benghazi berkaiyan dengan protes sebuah film anti Islam. (Foto: dok)

Pihak oposisi di Kongres Amerika mengecam pemerintahan Presiden Barack Obama karena mengirim diplomat-diplomat ke Benghazi di Libya tanpa keamanan memadai.

Kecaman tersebut menyusul hasil laporan independen mengenai serangan bulan September atas konsulat Amerika disana yang menewaskan empat orang Amerika, termasuk Duta Besar Chris Stevens. Sidang dengar keterangan ini berlangsung di Senat Amerika.

Serangan di Benghazi itu menjadi isu dalam kampanye pemilihan presiden lalu, dimana Partai Republik menuduh pemerintahan Presiden Barack Obama tidak menangani krisis itu sebagaimana mestinya.

Pihak oposisi di Kongres sebelumnya mengecam Duta Besar Amerika untuk PBB Susan Rice karena secara keliru mengaitkan kekerasan di Libya itu dengan demonstrasi di Mesir terkait sebuah video anti-Islam di Internet.

“Yang terjadi di Benghazi awalnya, berdasarkan fakta, adalah reaksi spontan terhadap apa yang terjadi beberapa jam sebelumnya di Kairo,” kata Rice.

Panel kajian itu menyimpulkan bahwa tidak pernah terjadi demonstrasi sebelum serangan atas konsulat itu.

Dalam sidang dengar keterangan hari Kamis, Senator Bob Corker dari Partai Republik hari Kamis mengatakan para pejabat Departemen Luar Negeri tahu bahwa Duta Besar Chris Stevens dan timnya hendak ke Benghazi pada saat ketidakstabilan dan berbagai masalah meningkat dengan milisi lokal, yang tadinya menyediakan penjagaan keamanan.

“Anda tahu mengenai resiko keamanan disana. Kami sudah membaca semua kawat diplomatik. Anda tahu sepenuhnya. Seharusnya Anda mengirim orang kesana dengan penjagaan keamanan atau sama sekali tidak mengirim mereka,” kata Corker.

Laporan independen mengenai serangan di konsulat Amerika itu mendapati ada kesadaran merata di kalangan personil yang bertugas di Benghazi bahwa misi khusus tersebut bukan prioritas tinggi bagi Washington dalam hal keamanan.

Dalam kesaksiannya dihadapan Komite Senat Urusan Hubungan Luar Negeri, Wakil Menteri Luar Negeri Urusan Manajemen dan Sumberdaya Thomas Nides mengatakan saat ini diadakan tinjauan ulang sedunia mengenai keamanan secara keseluruhan, terutama dimana pasukan nasional suatu negara terpecah atau mungkin lemah.

“Selama lebih dari 200 tahun, Amerika, sama seperti negara-negara lain diseluruh dunia, mengandalkan negara tuan rumah untuk menyediakan keamanan bagi semua kedutaan besar dan konsulat. Tetapi dewasa ini, dalam lingkungan dimana ancaman terus berubah, kita harus mencermati dengan cara baru dan lebih jauh atas kemampuan dan komitmen negara tuan rumah,” kata Nides.

Nides mengatakan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton menerima semua rekomendasi laporan independen itu, dan kini bekerja untuk memastikan berbagai rekomendasi itu ditindaklanjuti segera.

Jurubicara Departemen Luar Negeri Victoria Nuland mengatakan Menlu Clinton telah menerima surat pengunduran diri Asisten Menlu Urusan Keamanan Diplomatik Eric Boswell. Tiga pejabat lainnya telah dibebastugaskan dari semua tugas mereka. Nuland tidak menyebut nama ketiga orang itu. Ke-empat pejabat itu sudah dikenakan cuti administratif.

Senator Marco Rubio dari Partai Republik mempertanyakan mengapa tidak lebih banyak pejabat senior yang tahu mengenai kebobolan keamanan di Benghazi. Ia mengatakan ia bingung mengenai laporan tersebut yang banyak menyalahkan para asisten tingkat rendah.

Rubio mengatakan ia menantikan sesi tanya jawab dengan Menlu Clinton mengenai Benghazi. Clinton tadinya dijadwalkan hadir dihadapan komite itu hari Kamis, tetapi para pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan ia sedang sakit selama hampir dua minggu. Clinton kini diperkirakan akan memberi keterangannya bulan Januari.
XS
SM
MD
LG