Tautan-tautan Akses

Pesawat Tanpa Pilot, Masa Depan Penerbangan


Para petugas penyelamat Perancis di lokasi jatuhnya pesawat Germanwings Airbus A320, dekat Seyne-les-Alpes, Perancis.
Para petugas penyelamat Perancis di lokasi jatuhnya pesawat Germanwings Airbus A320, dekat Seyne-les-Alpes, Perancis.

Untuk meningkatkan keamanan penerbangan, mungkin pesawat justru tidak perlu lagi pakai pilot.

Ide radikal ini masih butuh beberapa dekade lagi untuk bisa dicapai, jika akan pernah dapat diterima masyarakat. Tapi setelah jatuhnya pesawat Germanwings penerbangan 9525 yang disengaja oleh co-pilot, perdebatan mengenai jet yang dapat terbang sendiri kembali muncul. Atau setidaknya, sebagian mengusulkan supaya otoritas di daratan dapat mengambil alih pesawat bila terdapat pilot yang mencoba untuk mencelakakan pesawat.

Kepala lembaga pengatur lalu-lintas udara di Jerman pekan ini mengungkit prospek ini.

Walaupun langkah tersebut mungkin masuk akal, tapi pakar industri penerbangan memperingatkan bahwa teknologi pesawat tanpa pilot masih bermasalah. Lagipula, insiden Germanwings walaupun memang tragis, tetapi merupakan anomali. Setiap tahunnya, 34 juta penerbangan mengangkut lebih dari tiga miliar orang di seluruh dunia. Jumlah kecelakaan yang disebabkan oleh pilot komersial dalam 30 tahun terakhir: kurang dari 10.

"Apakah ini merupakan investasi yang bijaksana bagi keamanan penerbangan?" tanya Patrick Smith, seorang pilot komersial yang sudah terbang selama 25 tahun dan menulis buku "Cockpit Confidential."

Smith mengatakan bahkan pesawat-pesawat jet terbaru membutuhkan rekayasa ulang yang berongkos besar pada sistem-sistem kunci. Dan masih ada kekhawatiran bahwa teroris dapat meretas hubungan komunikasi dan mengambil alih pesawat.

Walaupun banyak halangan teknis dan psikologis, konsep pesawat tanpa pilot tidaklah mengada-ada.

Ada suatu masa di mana naik lift tanpa operator tidak terbayangkan. Kini, orang tidak berpikir dua kali saat memasuki lift seorang diri. Bandara-bandara di seluruh dunia memiliki trem yang dioperasikan tanpa supir, begitu pula dengan sebagian sistem subway di dunia. Bahkan mobil tanpa supir pun sudah ada, sementara model-model kendaraan terbaru akan secara otomatis mengerem secara otomatis di saat ada bahaya tiba-tiba.

Militer punya pesawat tak berawak yang dikendalikan dari jauh, seringkali dari seberang dunia. Tapi melakukan hal yang sama bagi pesawat penumpang kedengarannya mengerikan bagi banyak orang.

Pesawat tidak beroperasi pada ruang terbatas seperti halnya lift atau kereta dengan jalur-jalur tersendiri. Selain itu, terbang bukan sesuatu yang alamiah bagi manusia. Saat pesawat mengeluarkan suara tak lazim atau mengalami guncangan, penumpang selalu menunggu suara menenangkan dari pilot untuk mengatakan segala sesuatunya baik-baik saja.

"Alasan sesungguhnya seseorang menginginkan manusia lain berada di kokpit adalah mereka ingin percaya bahwa ada manusia lain di depan pesawat yang menanggung nasib yang sama dan bila ada masalah, mereka akan melakukan segala sesuatu untuk menyelematkan nyawa mereka juga," menurut Mary Cummings, seorang mantan pilot pesawat tempur Angkatan Laut AS yang kini mempelajari pesawat tanpa pilot di Duke University.

Todd Humphreys, profesor teknik penerbangan dari University of Texas mengatakan pilot di daratan tidak harus berhadapan dengan isu perubahan waktu dan jetlag, akomodasi yang tidak nyaman dan bahkan dehidrasi rutin yang diderita setiap habis terbang dalam jangka lama.

Karena kebanyakan penerbangan tidak pernah berhadapan dengan masalah, "pilot-pilot hanya sekali-sekali saja menghadapi tantangan yang ekstrim ," kata Humphrey, dan karenanya, mungkin tidak terbiasa menghadapi situasi yang sulit saat terjadi keadaan darurat. Menurutnya, lebih baik bila ada tim pakar spesialis yang dapat membantu pilot di darat di saat keadaan darurat, mengurangi kemungkinan ada human error.

Kebanyakan pilot tidak setuju dengannya, mengatakan mereka seringkali harus mengambil keputusan dalam hitungan detik. Contohnya, pesawat US Airways penerbangan 1549 yang mendarat di sungai Hudson. Kapten Chesley "Sully'' Sullenberger hanya punya beberapa detik untuk memutuskan langkah berikutnya setelah mesin pesawat mati setelah diserang sekawanan burung. Dan bagaimana pilot dari jarak jauh menangani kebakaran di dalam kokpit?

Pada akhirnya, penumpang yang dapat memutuskan. Apakah mereka lebih khawatir dengan pilot yang nekat atau lebih takut masuk ke pesawat tanpa pilot?

Ide Solid untuk Pesawat Kargo

Mary Cummings dan pakar-pakar keselamatan udara lainnya memperkirakan pesawat kargo akan menjadi jenis pertama yang akan melakukan penerbangan tanpa pilot di AS. Pertama, karena perusahaan kargo besar akan mengurangi jumlah pilot dari dua menjadi satu dengan setim pilot yang membantu dari daratan. Lalu seluruh operasi akan dikendalikan dari darat.

Maskapai-maskapai juga akan menghemat biaya pelatihan pilot, gaji, dana pensiun, hotel dan biaya travel. Selain itu, pilot yang berbasis di darat akan mampu mengalihkan satu pesawat ke pilot lain, memungkinkan mereka untuk bekerja secara normal, delapan jam per giliran, walaupun misalnya pesawat mereka terbang selama 12 jam.

Cummings mengatakan peralihan ini dapat terjadi dalam 10 hingga 15 tahun.

"Menurut saya, kita sudah siap," katanya. "Dari segi bisnis, ini ide yang solid."​

XS
SM
MD
LG