Tautan-tautan Akses

Pesawat Militer AS Evakuasi Staf Kedubes di Yaman


Warga asing memasuki tempat keberangkatan di Bandar Udara Sana'a, Yaman (6/8).
Warga asing memasuki tempat keberangkatan di Bandar Udara Sana'a, Yaman (6/8).

Deplu AS telah mengeluarkan peringatan perjalanan di Yaman dan mengimbau warga Amerika yang tetap tinggal di sana agar membatasi perjalanan.

Sekitar 100 staf yang tidak berada dalam posisi strategis dievakuasi dari Kedutaan Besar Amerika di Yaman Selasa pagi (6/8).

Yaman, Mesir, Arab Saudi dan Libya adalah sebagian dari 19 pos diplomatik yang ditutup sejak Minggu lalu.

Pejabat-pejabat Amerika mengatakan ke-100 staf itu dievakuasi dengan pesawat angkatan udara C-17 yang mengudara dari ibukota Sana’a, Yaman menuju ke pangkalan udara Amerika di Ramstein, Jerman.

Beberapa staf yang berada dalam posisi strategis masih bertahan di Yaman. Evakuasi ini dilaksanakan setelah sebuah pesawat tanpa awak Amerika menewaskan empat tersangka anggota al-Qaida di Yaman.

Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan potensi serangan teroris dan kerusuhan sipil di Yaman sangat tinggi. Oleh karena itu seluruh warga Amerika yang masih berada di Yaman diminta untuk segera meninggalkan negara itu. Warga Amerika yang ingin menuju ke Yaman juga diminta membatalkan rencananya. Untuk sementara waktu Inggris juga menarik seluruh staf dari kedutaan besar di Yaman karena alasan serupa.

Gedung Putih, dalam konferensi pers Senin, mengatakan masih membahas kelanjutan ancaman dari al-Qaida yang berbasis di Yaman. Konferensi pers didominasi pertanyaan soal jenis “pembicaraan” apa yang berhasil diketahui badan-badan inteljen sehingga memicu penutupan 20 kedutaan besar Amerika di seluruh dunia.

The New York Times melaporkan keputusan untuk menutup fasilitas-fasilitas diplomatik itu didapat dari penyadapan komunikasi elektronik antara pemimpin “garis keras” Al Qaeda Ayman Al-Zawahri dan operator Al Qaeda di Semenanjung Arab.

Mengutip pejabat-pejabat Amerika yang tidak disebutkan identitasnya, New York Times mengatakan penyadapan itu dikumpulkan dan dianalisa minggu lalu, tetapi tidak mengungkap lokasi atau target potensi serangan tersebut. Nama-nama pemimpin al-Qaida dan afiliasinya tidak disebut dalam laporan suratkabar itu sebelumnya atas permintaan pejabat-pejabat senior intelijen.

Amerika Senin membuka kembali beberapa misi diplomatik di Timur Tengah dan Afrika, termasuk di Afghanistan dan Bangladesh. Tetapi 19 kedutaan besar dan konsulat tetap ditutup karena ancaman keamanan.

Juru bicara Gedung Putih Jay Carney tidak membahas informasi inteljen secara khusus. Ia mengatakan perpanjangan penutupan beberapa kedutaan besar tidak merefleksikan adanya aliran informasi baru.

Carney mengatakan kalau pun ada pernyataan bahwa Presiden Yaman Abdul Rabuh Mansur menyampaikan kepada Presiden Barack Obama di sela-sela pertemuan mereka pekan lalu, itu hal-hal lain di luar isu kontra-terorisme.

Saat ditanya soal seberapa yakin bahwa Amerika memiliki cukup informasi untuk mencegah potensi rencana baru apapun. Ia menjawab ancaman itu “kuat dan terus berlangsung” dan Amerika bersama mitra dan sekutunya akan terus mengumpulkan informasi untuk menyudahi ancaman yang dilancarkan organisasi-organisasi teroris apapun.

Setelah pertemuan Obama dengan Presiden Yaman Abdul Rabuh Mansur pekan lalu, sebuah pernyataan bersama mengatakan keduanya membahas “beragam upaya” untuk mengatasi ancaman terhadap kedua negara dari kelompok al-Qaida.

Sebuah pernyataan dari Kedutaan Yaman di Washington Senin malam mengumumkan nama-nama apa yang disebut 25 “teroris paling dicari” yang berencana melaksanakan operasi di Sana’a. Ditambahkan, pemerintah Yaman telah “mengambil seluruh langkah yang diperlukan” untuk mengamankan fasilitas diplomatik, instalasi vital dan aset-aset strategis.
XS
SM
MD
LG