Tautan-tautan Akses

Polisi Yordania Bunuh 2 Pelatih Warga AS dan 1 Warga Afsel


Polisi dan pasukan keamanan Yordania menjaga pintu masuk pusat pelatihan polisi "King Abdullah bin Al Hussein" di Muaqar dekat ibukota Amman, Yordania pasca terjadinya insiden penembakan hari Senin (9/11).
Polisi dan pasukan keamanan Yordania menjaga pintu masuk pusat pelatihan polisi "King Abdullah bin Al Hussein" di Muaqar dekat ibukota Amman, Yordania pasca terjadinya insiden penembakan hari Senin (9/11).

Seorang polisi Yordania hari Senin (9/11) membunuh dua pelatih warga Amerika dan seorang warga Afrika Selatan, serta melukai enam lainnya, di sebuah fasilitas pelatihan polisi di luar ibukota Amman.

Ini merupakan insiden pertama yang terjadi di Yordania, meskipun beberapa serangan serupa pernah terjadi di Afghanistan.

Penembakan membabibuta itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di seluruh Timur Tengah, di mana pemerintah Barat dan Arab sedang melawan militan Islamis, yang terutama terkait ISIS.

Serangan hari Senin (9/11) ​itu terjadi di Pusat Latihan Operasi Khusus "King Abdullah" di pinggiran kota Amman. Fasilitas itu biasanya digunakan untuk melatih pasukan keamanan Irak dan Palestina. Yordania juga merupakan bagian dari upaya kawasan untuk melatih pasukan pemberontak Suriah.

Yordania – yang merupakan sekutu dekat Amerika – sejak tahun lalu telah ikut serta dalam koalisi pimpinan Amerika melawan militan ISIS di Suriah dan Irak. Pesawat-pesawat tempur F16 milik Amerika dan Yordania melancarkan serangan udara terhadap ISIS dari pangkalan di dalam negara kerajaan itu.

Ratusan pelatih militer asal Amerika juga ditempatkan di Yordania untuk memperkuat pasukan keamanan dan militer.

Serangan hari Senin terjadi pada peringatan sepuluh tahun serangan berdarah terhadap sebuah hotel di Yordania, yang menewaskan dan melukai beberapa orang.

Raja Yordania Abdullah mengecam keras pelaku di balik serangan hari Senin. Ia mengatakan, itu adalah serangan pengecut, tetapi banyak negara di kawasan yang juga telah dilanda serangan serupa. Ia menambahkan Yordania mungkin dihantam serangan yang lebih keras karena menyampaikan pesan tentang Islam yang damai dan moderat.

Presiden Amerika Barack Obama menyatakan mengikuti dengan seksama dan memerintahkan penyelidikan terhadap insiden tersebut.

Analis keamanan yang berkantor di Amerika Daniel Wagner – yang juga mengepalai Country Risk Solutions – mengatakan kepada VOA, ia menilai insiden hari Senin adalah “satu serangan terpisah”.

“Setiap pasukan militer di kawasan memiliki pembangkang di tingkatannya. Saya tidak yakin ini yang terjadi. Saya kira mungkin yang terjadi adalah pasukan bersenjata Yordania kurang efektif mengidentifikasi semua personil atau orang ini mungkin sudah berada di dalam pasukan sekian lama dan berhasil menyembunyikan niatnya,” kata Wagner.

Wagner mengatakan bahwa serangan “seorang diri” berikutnya mungkin akan terjadi di negara-negara Arab. [em/jm]

XS
SM
MD
LG