Tautan-tautan Akses

Pertemuan Trump-Erdogan sebagai Era Baru Hubungan AS-Turki


Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) berjabat tangan dengan Presiden AS Donald Trump pada konferensi pers bersama di Gedung Putih, Selasa (16/5).
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) berjabat tangan dengan Presiden AS Donald Trump pada konferensi pers bersama di Gedung Putih, Selasa (16/5).

Presiden Amerika Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggambarkan pertemuan pertama mereka di Washington sebagai era baru hubungan mereka tetapi kedua pemimpin tidak menjawab perbedaan-perbedaan mereka tentang bagaimana menghadapi ekstremis ISIS di bagian utara Suriah. Turki menentang keras rencana Amerika untuk mempersenjatai pasukan Kurdi di Suriah sebagai bagian dari upaya melawan ISIS.

Perkelahian terjadi di antara sekelompok pendukung Erdogan dan puluhan orang yang memprotesnya di luar kediaman duta besar Turki di Washington DC hari Selasa (16/5). Sejumlah pengawal pribadi Erdogan juga terlibat dalam perkelahian itu.

Pejabat berwenang mengatakan sembilan orang luka-luka, termasuk satu orang yang menderita luka serius. Kepolisian Amerika mengatakan dua orang telah ditangkap.

Pendukung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bereaksi terhadap demonstran anti-Erdogan di luar Gedung Putih di Washington DC, Selasa (16/5).
Pendukung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bereaksi terhadap demonstran anti-Erdogan di luar Gedung Putih di Washington DC, Selasa (16/5).

Sementara di Gedung Putih, Trump mengamati kekhawatiran Turki soal terorisme.

“Kami mendukung Turki dalam perlawanan pertamanya terhadap teror dan kelompok-kelompok teror seperti ISIS dan PKK, dan memastikan bahwa kelompok-kelompok teror itu tidak memiliki tempat persembunyian yang aman,” ujar Trump.

Tetapi Trump tidak mengisyaratkan bahwa ia akan menarik dukungan dari pasukan Kurdi di Suriah sebagaimana seruan Erdogan.

“Kita seharusnya tidak pernah mengikuti kelompok-kelompok ini untuk memanipulir struktur keagamaan dan etnis di kawasan itu, dengan menggunakan perlawanan terhadap terorisme sebagai alasan,” kata Erdogan.

Erdogan juga gagal membujuk Amerika untuk mengekstradisi ulama Turki Fethullah Gulen, yang dituduhnya telah memicu kudeta yang gagal terhadap pemerintahnya Juli 2016 lalu. Beberapa analis mengatakan pemimpin Turki itu tidak menerima konsesi apapun dalam dua isu penting ini, tetapi tampaknya menggunakannya untuk mencapai perjanjian-perjanjian lain yang lebih bermanfaat.

Pakar Timur Tengah Howard Eissenstat berbicara dengan VOA melalui Skype mengatakan pertemuan Erdogan dan Trump menambah rasa gengsinya di tanah air. Amerika telah mengutuk kudeta yang gagal terhadap pemerintah Erdogan tahun lalu, tetapi juga mengecam penggerebekan para tersangka pemimpin kudeta, wartawan dan para pembangkang lainnya.

Sebagai salah seorang anggota NATO, Turki merupakan bagian dari sekutu militer yang kuat dimana keamannya bergantung pada jaringan inteligen di seluruh dunia. Turki adalah mitra kuat Amerika di kawasan dan memiliki akses pada pangkalan-pangkalan militer penting yang strategis. [em/jm]

XS
SM
MD
LG