Tautan-tautan Akses

Pertempuran Terjadi di Yaman Sementara Kedutaan-kedutaan Ditutup


Ribuan orang melakukan protes menentang Houthis di Sana'a, Yaman, 11 Februari 2015. (Foto: Z. al-Alyaa for VOA)
Ribuan orang melakukan protes menentang Houthis di Sana'a, Yaman, 11 Februari 2015. (Foto: Z. al-Alyaa for VOA)

Puluhan ribu warga Yaman hari Sabtu (14/2) melakukan protes terhadap pengambil alihan negara itu oleh gerakan Shiah Muslim Houthi. Di pusat kota Ibb, orang-orang Houthi yang bersenjata melepaskan tembakan terhadap demonstran mencederai empat diantara mereka.

Di Yaman selatan, di provinsi pegunungan al-Bayda, pertempuran hebat terus berlanjut antara pemberontak Houthi dan suku Sunni, banyak yang diantaranya bersekutu dengan kelompok-kelompok al-Qaida setempat. Sumber-sumber keamanan mengatakan sekurangnya 26 orang tewas sejak Jumat- 16 warga Houthi dan 10 anggota suku.

Yaman berbatasan dengan Arab Saudi, pengekspor minyak utama dunia yang juga memerangi al-Qaida di semenanjung Arab. Amerika telah mendukung serangan terhadap al-Qaida dengan serangan dan serangan misil denganpesawat tak berawak yang menarget para militan.

Kepergian besar-besaran para diplomat dari Yaman terus berlanjut hari Sabtu (14/2). Belanda, Spanyol dan Uni Emirat Arab adalah negara-negara terakhir yang menutup kegiatan kedutaan di Sana’a dan mengevakuasi para diplomat mereka. Arab Saudi, Italia, Jerman, Amerika, Perancis dan Inggris sebelumnya telah menutup kedutaan mereka di Yaman.

Apa yang dikatakan sebagian orang, Yaman telah terjerumus ke dalam bencana selama seminggu terakhir menyebabkan negara itu di bawah pemerintahan suku Houthi penguasa baru, menjadi terkucil dan menyebabkan pentingnya diadakan internal berbagi kekuasaan dengan pihak-pihak oposisi.​

Sejak merebut kekuasaan awal bulan ini, suku Houthi telah membubarkan parlemen dan membentuk badan penguasa sendiri. Mereka mengatakan sedang melancarkan sebuah “revolusi” melawan pejabat-pejabat yang korup dan kehancuran ekonomi. Presiden tersingkir Abed Rabbo Mansour Hadi dan para menteri kabinetnya masih berada dalam tahanan rumah pemberontak.

XS
SM
MD
LG