Tautan-tautan Akses

Periset Ungkap Obat TB Baru bagi Anak-anak


Para periset berhasil membuat obat yang cocok bagi anak-anak pengidap tuberkulosis, dengan formula yang sesuai tubuh anak dan rasanya tidak pahit (foto: ilustrasi).
Para periset berhasil membuat obat yang cocok bagi anak-anak pengidap tuberkulosis, dengan formula yang sesuai tubuh anak dan rasanya tidak pahit (foto: ilustrasi).

Para periset dalam Konferensi Dunia mengenai Kesehatan Paru-paru di Cape Town, Afrika Selatan hari Rabu (2/12) mengumumkan diluncurkannya perawatan tuberkulosis khusus bagi anak-anak.

Para pakar kesehatan bertemu di Cape Town, Afrika Selatan, pekan ini untuk membahas cara mengakhiri tuberkulosis, yang lebih umum daripada HIV, virus penyebab AIDS. Riset itu telah menghasilkan beberapa upaya baru untuk membantu anak-anak pengidap TBC.

Para periset dalam Konferensi Dunia mengenai Kesehatan Paru-paru di Cape Town hari Rabu (2/12) mengumumkan diluncurkannya perawatan tuberkulosis khusus bagi anak-anak. Langkah itu bisa berdampak pada satu juta anak di seluruh dunia dan diharapkan bisa menjadi dobrakan dalam melawan penyakit yang seringkali mematikan ini.

Dr. Mel Spigelman, presiden dan CEO TB Alliance, sebuah organisasi non-profit internasional, mengatakan kepada VOA, "Untuk pertama kalinya, kami berhasil membuat obat yang cocok bagi sejuta anak pengidap tuberkulosis, dengan formula obat yang sesuai tubuh anak, yang rasanya tidak pahit dan diharapkan bisa membuat penyakit itu lebih mudah disembuhkan.”

Hingga kini, Spigelman mengatakan, anak-anak mendapat pil bagi pasien dewasa yang dikurangi dosisnya. Anak-anak sering menolak obat itu karena rasanya pahit. Tapi obat yang baru ini bisa larut dalam air dan rasanya seperti stroberi atau raspberi.

Obat baru itu dikembangkan dengan kerjasama kelompok-kelompok bantuan seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan AS bagi Pembangunan Internasional (USAID). Spigelman mengatakan perusahaan-perusahaan farmasi besar tidak berminat membuat obat anti TBC, karena penyakit itu umumnya diderita oleh orang-orang miskin.

"TBC adalah penyakit yang sangat terkait dengan status sosial dan ekonomi. Sangat terkait dengan kemiskinan, kepadatan penduduk, dan nutrisi yang buruk,” tambah Spigelman.

WHO mengatakan penyakit saluran pernapasan yang ditularkan lewat udara itu masih merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia, meskipun hampir semua kasus bisa disembuhkan. WHO mengatakan TBC menewaskan 1,5 juta orang pada tahun 2014, dan 140.000 di antaranya adalah anak-anak.

Speigelman menambahkan tidak banyak orang terkenal yang mau ikut membantu usaha melawan TBC. Pasien TBC yang paling terkenal, katanya, mungkin adalah Fantine, sosok fiktif seorang petani yang menjadi pelacur dalam novel Victor Hugo pada abad ke-19, Les Miserables.

Tapi Dr. Lucica Ditiu, direktur eksekutif Kemitraan Stop TB di Jenewa, mengatakan TBC adalah ancaman yang sangat modern. Dia mengatakan penyakit itu kembali merebak, dengan munculnya beberapa varian yang kebal obat.

“TBC telah muncul lagi sebagai wabah. Ini adalah tanda kegagalan global, karena TBC sangat terkait dengan kemiskinan, kesengsaraan, kurangnya nutrisi, kurangnya kebutuhan dasar, hidup dalam kondisi buruk, depresi atau tidak sehat sehingga menjaga kesehatan tidak merupakan prioritas bagi mereka,” kata Ditiu.

Dia mendesak para donor dan pemimpin internasional untuk melakukan lebih banyak upaya dan investasi untuk melawan penyakit itu. [vm/ii]

XS
SM
MD
LG