Tautan-tautan Akses

Perdagangan Internasional Masih Hadapi Banyak Hambatan


Kawasan perkampungan kumuh di Huruma, Nairobi (foto: dok). Nairobi, Kenya akan menjadi tuan rumah UNCTAD 14 yang antara lain membahas meningkatnya ketidaksetaraan global sebagai penghambat perdagangan internasional.
Kawasan perkampungan kumuh di Huruma, Nairobi (foto: dok). Nairobi, Kenya akan menjadi tuan rumah UNCTAD 14 yang antara lain membahas meningkatnya ketidaksetaraan global sebagai penghambat perdagangan internasional.

Seorang pejabat senior PBB memperingatkan bahwa meningkatnya ketidaksetaraan global serta produktifitas dan upah yang rendah semakin menghambat perdagangan internasional.

Komentar pejabat senior PBB itu disampaikan menjelang sesi ke-14 Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan atau UNCTAD 14, bulan depan di Nairobi, Kenya.

Sekjen UNCTAD Mukhisa Kituyi mengatakan situasi itu mengikis optimisme dalam beberapa tahun ini bahwa Afrika mulai bangkit, sementara Asia mempertahankan posisinya sebagai kekuatan ekonomi dan wilayah lain mendapat manfaat dari meningkatnya ekonomi global.

Kituyi mengatakan kini kawasan-kawasan itu sebagian besar stagnan karena ekonomi melamban. Dia mengatakan sedikitnya orang yang bekerja dan bertambahnya utang menyebabkan ekspansi migran dari sub-Sahara Afrika dalam 70 tahun terakhir.

"Di negara maju, kami melihat banyak yang terjadi. Pertama, semakin tidak populernya perdagangan internasional, terutama, kami melihat partai-partai besar di AS menolak internasionalisme. Pertumbuhan yang lamban juga memicu sejumlah kekhawatiran. Kita lihat sendiri kekhawatiran di Eropa mengenai imigran dari Timur Tengah dan sub-Sahara Afrika,” ujar Kituyi.

Kituyi mengatakan perundingan perdagangan Doha, yang dimulai di bawah Organisasi Perdagangan dunia (WTO) tahun 2001 tetap tersendat. Dia mengatakan semakin banyak yang pesimis bahwa masalah seperti subsidi pertanian domestik bisa diatasi lewat proses multilateral.

Dia mengatakan sidang UNCTAD ke-14 tidak bisa bertindak untuk mengatasi masalah-masalah perundingan Doha karena mereka tetap di bawah pengawasan WTO.

"Namun, kita bisa mempertanyakan bagaimana kita bisa menghidupkan kembali perdagangan internasional sebagai kekuatan positif bagi kesejahteraan, menciptakan peluang baru bagi banyak orang, akses yang lebih luas ke produk-produk berkualitas dengan harga kompetitif secara internasional? Bagaimana kita bisa menepis anggapan bahwa perdagangan internasional akan merampas pasar dan peluang negara-negara kaya?,” lanjut Kituyi.

Sekjen UNCTAD Kituyi mengatakan itu adalah pertanyaan-pertanyaan penting yang perlu ditindaklanjuti. Dia mengatakan perundingan Nairobi memberikan peluang untuk menangani hal itu, serta isu-isu sulit dan kontroversial lainnya, tanpa campur tangan politik yang sedang menyelimuti masalah itu di sebagian negara. [vm/ii]

XS
SM
MD
LG