Tautan-tautan Akses

Pemilu Sri Lanka Soroti Peran Astrologi dalam Politik


Presiden Sri Lanka yang baru Maithripala Sirisena (tengah) berpidato dalam upacara pelantikan di Kolombo (9/1).
Presiden Sri Lanka yang baru Maithripala Sirisena (tengah) berpidato dalam upacara pelantikan di Kolombo (9/1).

Mantan presiden dan sebagian besar politisi di Sri Lanka sangat bergantung pada astrologi, yang memberikan rasa aman pada posisi mereka.

Di Sri Lanka, tidak hanya presiden yang sangat berkuasa, Mahinda Rajapaksa, yang terpuruk ketika tanpa diduga kalah dalam pemilihan umum pekan lalu.

Ahli nujum kepercayaannya, yang dengan sangat yakin meramalkan kemenangan mutlak baginya, diam-diam mundur dari sorotan publik di negara tempat kepercayaan pada astrologi masih tinggi.

Ketika mantan Presiden Rajapaksa mengadakan pemilu dua tahun lebih awal dari jadwal, hal tersebut tidak hanya berdasarkan kalkulasi politik. Ia juga diberi restu oleh peramal kepercayaannya selama 30 tahun, Sumandasa Abeygunawardena. Menyebut Rajapaksa “pria berkepribadian tak terkalahkan dan penuh berkah," ia meramalkan kemenangan besar dalam pemilu tersebut.

Beberapa hari sebelum pemilihan suara 8 Januari, Abeygunawardena bersikukuh bahwa tanggal pemilu "sangat beruntung bagi Tuan Rajapaksa." Dan pada hari pemilu, para ahli nujum dengan yakin meramalkan di televisi milik pemerintah bahwa tidak akan ada yang dapat menghalangi kemenangan Rajapaksa.

Rajapaksa sangat percaya astrologi. Meski sebagian besar politisi di negara itu juga memiliki kepercayaan yang sama, banyak pengamat mengatakan mantan presiden itu sangat bergantung pada astrologi.

"Hal itu menjadi perbincangan terbuka dan diskusi publik. Ternyata peramal mengatakan itu periode yang baik baginya dan ia diminta tidak menunda (pemilu), tanggalnya ditentukan oleh ramalan beberapa astrologi, waktu penyerahan dokumen pencalonan, semuanya ditentukan peramal," ujar Harini Amarasuriya, yang mengajar di fakultas ilmu sosial di Universitas Terbuka Sri Lanka.

Namun semua perhitungan, baik perhitungan nujum dan politik, berantakan ketika Maithripala Sirisena membelot dari partai Rajapaksa, dan melaju pada kemenangan setelah bergabung dengan pihak oposisi.

Pembalikan peristiwa terjadi di luar dugaan. Ketika Rajapaksa mengumumkan pemilu, tidak ada oposisi yang kredibel untuk melawan pemimpin kuat Sri Lanka itu.

Sekarang, kekalahan Rajapaksa yang mengejutkan telah membuat "ahli nujum kerajaan" di ujung tanduk. Abeygunawardena telah menyerahkan mobil dinasnya dan mundur dari kepemimpinan bank pemerintah, diantara hak-hak istimewa yang diberikan padanya. Kredibilitasnya terhantam keras.

Peramal tersebut mengatakan pada kantor berita AFP bahwa ia tahu Rajapaksa akan kalah namun tidak sampai hati memberitahunya. Dengan membela diri, ia mengatakan bahkan peramal Perancis yang legendaris, Nostradamus, pernah meleset ramalannya.

Jutaan orang di Asia Selatan percaya bahwa pergerakan planet memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan mereka. Tanggal-tanggal pernikahan dan acara-acara besar ditentukan berdasarkan perhitungan horoskop.

Namun, kesalahan astrologis tingkat tinggi terkait pemilu Sri Lanka telah memicu debat kekuatan bintang.

"Ini negara yang memiliki banyak keyakinan semacam itu dalam basis hari per hari. Namun kali ini, karena terjadi di tingkat tinggi, maka banyak menerima kritik dan saya kira itu beralasan. Tidak dapat terjadi di abad 21 sesuatu yang sangat serius sangat bergantung pada astrologi," ujar Sasanka Perera, ahli antropologi Sri Lanka dan kepala fakultas ilmu sosial di South Asian University di New Delhi.

Harini Amarasuriya mengatakan politisi-politisi di Sri Lanka tampaknya terlalu percaya dengan astrologi dibandingkan masyarakat pada umumnya.

"Banyak yang merasa tidak aman mengenai posisi mereka. Pada saat berada di posisi semacam itu, yang sangat terisolsi, orang jadi percaya pada praktik-praktik mistis untuk memberikan rasa aman," ujar Amarasuriya.

XS
SM
MD
LG