Tautan-tautan Akses

Pemerintah Upayakan Produk Kelapa Sawit Diterima di AS dan Eropa


Untuk bisa kembali mengekspor sawit ke AS, Indonesia harus menunjukkan bahwa perkebunan sawit asal Indonesia ramah lingkungan (foto dok: perkebunan kelapa sawit).
Untuk bisa kembali mengekspor sawit ke AS, Indonesia harus menunjukkan bahwa perkebunan sawit asal Indonesia ramah lingkungan (foto dok: perkebunan kelapa sawit).

Pemerintah Indonesia akan berupaya mempertahankan produk kelapa sawit dan turunannya dapat diterima di Amerika dan negara-negara Eropa.

Upaya tersebut mendapat dukungan dari berbagai kalangan termasuk dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI. Menurut Direktur Eksekutif Gapki, Fadil Hasan, keputusan Amerika dan Eropa menolak produk sawit Indonesia jangan sampai membuat pemerintah dan petani putus asa.

Kepada VoA di Jakarta, Senin, Fadil Hasan berpendapat meski prihatin namun keputusan Amerika harus diterima dengan besar hati karena setiap negara memiliki aturan hukum berbeda. Namun, ia berharap pemerintah dan pengusaha Indonesia dapat memanfaatkan kondisi sulit menjadi semangat baru karena sawit merupakan andalan kegiatan ekspor Indonesia setelah berhasil menjadi produsen terbesar dunia, menggeser posisi Malaysia sejak tiga tahun terakhir.

“Memberikan kesempatan kepada alam dan juga memberikan kesempatan kepada pemerintah juga harus menata kembali dengan baik sehingga nantinya itu tidak ada lagi aturan-aturan yang tumpang tindih,” harap Fadil Hasan.

Sementara, menurut Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia atau Apkasindo, Asmar Arsyad, sikap beberapa negara yang menolak produk sawit dan turunannya dari Indonesia berdampak negatif terhadap kehidupan para petani sawit.

Ia menyesalkan sikap pemerintah yang justru menerapkan kebijakan moratorium penanaman sawit sejak tahun lalu dan berlaku hingga tahun ini akibat dinilai produksi sawit Indonesia tidak ramah lingkungan. Ia berpendapat seharusnya pemerintah memiliki upaya lain yang tidak merugikan petani sawit, di antaranya mampu meyakinkan negara pengimpor sawit bahwa produk sawit dari Indonesia tidak membahayakan lingkungan.

“Kita mungkin terkendala membuka lahan baru, terkendala membuka membuat pemukiman baru, terkendala dalam menguasai hutan untuk pembangunan mereka itu sendiri,” ujar Asmar Arsyad.

Akhir pekan lalu dalam sebuah acara di Jakarta, Duta Besar Amerika untuk Indonesia, Scot Marciel memastikan Indonesia bisa kembali mengeskpor sawit ke Amerika setelah mampu menunjukkan sawit asal Indonesia ramah lingkungan.

Marciel menegaskan, Amerika hanya mengikuti aturan standar lingkungan dan tidak berniat mencegah impor sawit dari Indonesia, Amerika ditambahkannya akan tetap melakukan kerjasama perdagangan sawit dengan Indonesia setelah ada beberapa kesepakatan kedua negara.

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan akan mengajukan nota keberatan kepada Amerika pada 27 Februari mendatang, bertepataan dengan batas akhir bagi Indonesia untuk menjelaskan kondisi industri kelapa sawit di tanah air. Meski ekspor sawit Indonesia ke Amerika tidak besar seperti ke beberapa negara lain namun pemerintah mengandalkan ekspor sawit tahun ini mampu mendongkrak perekonomian.

Dari produksi sawit Indonesia tahun lalu sebanyak 25 juta ton, yang diekspor ke Amerika sebanyak 62 ribu ton atau senilai Rp 4,5 trilyun. Tahun ini pemerintah menargetkan mampu memproduksi kelapa sawit sebanyak 27 juta ton.

Secara resmi pada 28 Januari 2012 Amerika menolak produk kelapa sawit dan turunannya dari Indonesia setelah dua tahun terakhir Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat tau EPA menilai biofuel dari kelapa sawit Indonesia tidak memenuhi ketentuan keamanan emisi yang dipatok minimal 25 persen. Pihak Amerika memberi waktu satu bulan kepada pemerintah Indonesia untuk menyampaikan bantahan.

Eropa juga mengikuti langkah Amerika dan menolak masuknya kelapa sawit dari Indonesia.

XS
SM
MD
LG