Tautan-tautan Akses

Pengamat: Pemerintah Nigeria Tak Mampu Tangani Krisis


Seorang lelaki membawa poster menuntut mundurnya pemerintahan Presiden Jonathan, dalam aksi mogok masal memprotes kenaikan harga BBM di Lagos (11/1).
Seorang lelaki membawa poster menuntut mundurnya pemerintahan Presiden Jonathan, dalam aksi mogok masal memprotes kenaikan harga BBM di Lagos (11/1).

Sambil pemogokan nasional karena diakhirinya subsidi bahan bakar minyak atau BBM oleh pemerintah memasuki hari ke-3 di Nigeria, serangan sektarian terus terjadi antara kedua pihak yang berseberangan, antara warga Muslim di utara dan warga Kristen di selatan. Krisis ini membawa tantangan bagi pemerintah dan para pengkritik mengatakan pemerintah tidak mampu menanganinya dengan baik.

Pada hari ke-3 pemogokan masal nasional itu, pemerintah Nigeria belum menunjukkan tanda-tanda akan mencabut keputusan untuk mengurangi subsidi yang populer itu, yang menurut pemerintah akan membuat Nigeria bangkrut dalam jangka panjang. Pemerintah Nigeria mengancam akan menahan upah pegawai negeri yang ikut mogok.

Taktik tersebut cukup ampuh, tetapi para pekerja lainnya tetap mogok dan besarnya jumlah mereka bisa mengakibatkan krisis ekonomi sementara. Wonny Enehuvwedia, seorang pegawai negeri di Warri tetap melanjutkan mogok dan tidak terpengaruh oleh mereka yang mundur dari pemogokan itu.

Ia mengatakan, “Setiap perjuangan pasti seperti itu. Selalu ada pengkhianat. Semua orang tidak bisa berjuang bersama-sama. Tetapi akan ada yang tetap bertahan dan pada akhirnya, kita akan menang.”

Selain lumpuhnya perekonomian terbesar kedua di Afrika tersebut, pemogokan dan protes-protes yang menyertainya telah memperburuk masalah keamanan Nigeria.

Kebanyakan kekerasan baru baru ini berasal dari ketegangan keagamaan dan konflik pemerintah dengan sekte Islam radikal, Boko Haram. Presiden Goodluck Jonathan mengumumkan situasi darurat di 15 tempat minggu lalu tetapi kerusuhan terus berlanjut termasuk serangan pada sebuah masjid di Nigeria Selatan hari Selasa.

Abubakar Kari adalah dosen pada Departemen Sosiologi, Universitas Abuja. Dia mengatakan diantara kedua krisis itu, kemungkinan konflik sektarian akan menjadi ancaman yang lebih besar bagi Nigeria.

“Isu harga BBM ini merupakan kebijakan pemerintah yang bisa diatasi. Jika kedua pihak memang menghendaki, bisa diselesaikan dalam hitungan jam atau menit. Tetapi konflik kedua, antara kelompok Islam dan Kristen telah berlarut-larut dan sulit diatasi dan tampaknya belum ada solusinya," ujar Kari.

Kari mengatakan krisis BBM harus diatasi secepatnya bila pemerintah berharap menyelesaikan masalah keamanan yang menurutnya merupakan bagian dari masalah ekonomi juga. Ia menambahkan, “Kalau kemiskinan meningkat dan jumlah pengangguran bertambah, akan lebih mudah merekrut orang untuk melakukan kekerasan dan teror.”

Beberapa kalangan internasional mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya perang saudara di Nigeria.

XS
SM
MD
LG