Tautan-tautan Akses

PBB Selidiki Dugaan Serangan Gas di Suriah


Seorang warga bernapas melalui masker oksigen di RS al-Quds akibat serangan gas klorin di Aleppo, Suriah Kamis (11/8).
Seorang warga bernapas melalui masker oksigen di RS al-Quds akibat serangan gas klorin di Aleppo, Suriah Kamis (11/8).

PBB sedang menyelidiki tuduhan bahwa pemerintah Suriah telah menggunakan gas beracun di wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak di Aleppo.

Laporan-laporan menyebutkan, sedikitnya empat orang tewas dan banyak lainnya dilarikan ke rumah sakit karena gangguan pernafasan, diduga akibat serangan klorin. Utusan PBB untuk Suriah, Kamis (11/8), mengatakan, jika dikukuhkan, serangan klorin itu merupakan kejahatan perang.

Aleppo telah menjadi lokasi pertempuran sengit selama hampir satu bulan karena pemerintah dan pemberontak berusaha memperebutkan kontrol atas kota terbesar kedua di Suriah itu. Kelompok-kelompok HAM mengatakan, kawasan itu juga merupakan kawasan yang paling berbahaya bagi warga sipil. Selain kehilangan rumah akibat serangan-serangan udara pemerintah, dan terjebak dalam baku tembak, warga di wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak di Aleppo bisa menjadi sasaran serangan gas beracun.

Diana Semaan dari Amnesty International di Lebanon mengatakan, "Hari ini kami mendapat laporan adanya dugaan serangan gas klorin ketiga dalam dua pekan terakhir. Seorang dokter mengatakan kepada kami bahwa ia menerima 60 pasien – umumnya anak-anak – yang terpapar serangan gas klorin. Mereka menunjukkan gejala-gejala seperti sesak nafas dan batuk-batuk."

Pemerintah Presiden Bashar Al-Assad memiliki sejarah menggunakan gas beracun terhadap saingan-saingannya sehingga tudingan-tudingan itu ditanggapi serius.

"Ada organisasi khusus PBB dan organisasi-organisasi lain yang menyelidiki dugaan itu. Jika benar-benar terjadi, itu merupakan kejahatan perang. Karena itu semua pihak, semua pemimpin bersama dan lainnya, dihimbau untuk segera menyelesaikan masalah ini," kata utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura.

Pasukan pemerintah yang didukung pesawat-pesawat tempur Rusia berperang untuk mengambil alih kontrol sepenuhnya atas kota strategis yang terletak di bagian utara negara itu. Para pejabat PBB mengatakan, Kamis, gencatan senjata tiga jam yang dijanjikan militer Rusia untuk memungkinkan distribusi bantuan tidak cukup. Mereka mengatakan, sedikitnya diperlukan waktu 48 jam untuk melangsungkan itu.

"Hari ini, dalam pertemuan, delegasi Rusia mengukuhkan kesediaan mereka untuk berunding dan besok kita akan berusaha mencari kesepakatan mengenai jeda kemanusiaan yang mungkin diberlakukan," ujar Jan Egeland, penasihat untuk utusan khusus PBB bagi Suriah.

TV Rusia Kamis menayangkan rekaman video yang menunjukkan sebuah konvoi kemanusiaan sedang bergerak ke Aleppo dan mendistribusikan pangan di kawasan-kawasan pinggiran kota itu. Namun para wartawan mengatakan, truk-truk yang membawa pangan dan bantuan lainnya itu tidak bisa memasuki kota tersebut karenanya ada pertempuran sengit.

PBB mengatakan pangan dan stok medis luar biasa menipis di bagian timur Aleppo, di mana sekitar 300.000 orang diperkirakan tidak mendapat bantuan kemanusiaan sejak awal Juli lalu.

Pertempuran yang meningkat antara pasukan pemerintah dan pasukan pemberontak dalam beberapa pekan terakhir telah sangat merusak prasarana listrik dan air sehingga mengakibatkan sekitar dua juta orang tidak memiliki akses ke air bersih dan listrik. [ab/lt]

XS
SM
MD
LG