Tautan-tautan Akses

Konvoi Terakhir Pasukan Amerika Tinggalkan Irak


Konvoi terakhir armada truk militer Amerika melewati perbatasan Irak-Kuwait (18/12).
Konvoi terakhir armada truk militer Amerika melewati perbatasan Irak-Kuwait (18/12).

Konvoi terakhir pasukan Amerika telah meninggalkan Irak dan memasuki Kuwait hari Minggu.

Konvoi terakhir tentara Amerika telah meninggalkan Irak, mengakhiri perang pimpinan Amerika yang berlangsung hampir sembilan tahun untuk menggulingkan rezim Saddam Hussein. Namun, rakyat Irak masih harus menghadapi pemberontak dan militan dan adanya perpecahan sektarian.

Beberapa kendaraan terakhir mengangkut tentara Amerika melintasi perbatasan sekitar pukul setengah delapan pagi waktu setempat, meninggalkan hanya beberapa ratus tentara di kedutaan besar Amerika di Baghdad.

Penarikan pasukan Amerika itu mengakhiri perang selama hampir sembilan tahun, yang menewaskan sekitar 4.500 tentara Amerika, puluhan ribu warga Irak, dan menghabiskan ratusan miliar dolar Amerika.

Perang di Irak dimulai tahun 2003 dengan kampanye untuk menggulingkan diktator Saddam Hussein. Semasa puncak perang, lebih dari 170.000 tentara Amerika ditempatkan di lebih dari 500 pangkalan di Irak. Pada hari Sabtu, tentara Amerika yang masih berada di Irak kurang dari tiga ribu orang.

Para kritikus telah mengecam Amerika karena meninggalkan negara yang hancur dengan ribuan janda dan anak yatim, rakyat terpecah secara sektarian, dan tidak banyak membangun kembali infrastruktur yang hancur.

Konvoi terakhir itu meninggalkan kota Nasyiriah di Irak selatan dalam kegelapan malam untuk mencegah serangan yang mungkin dilakukan pemberontak ketika mereka melintasi jalan raya menuju Kuwait. Tentara-tentara Amerika itu berteriak gembira ketika memasuki Kuwait dan mengatakan senang akan segera bertemu keluarga masing-masing.

Penarikan secara diam-diam itu sangat berbeda dengan permulaan perang bulan Maret tahun 2003 ketika militer Amerika melancarkan serangan udara spektakuler untuk menggulingkan Saddam Hussein.

Pemerintah Syiah pimpinan Perdana Menteri Nouri al-Maliki mengalami kesulitan untuk membagi kekuasaan antara Syiah, Sunni dan Kurdi. Presiden Amerika Barack Obama mengatakan masa depan Irak berada di tangan rakyatnya sendiri.

XS
SM
MD
LG