Tautan-tautan Akses

Parlemen AS Puji Demokrasi Indonesia Tapi Waspadai Kekerasan SARA


Polisi menginspeksi kekerasan pasca-insiden Cikeusik. Kekerasan berbau agama, termasuk terhadap Ahmadiyah, mengundang keprihatinan para anggota delegasi parlemen AS.
Polisi menginspeksi kekerasan pasca-insiden Cikeusik. Kekerasan berbau agama, termasuk terhadap Ahmadiyah, mengundang keprihatinan para anggota delegasi parlemen AS.

Delegasi parlemen Amerika Serikat membahas dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berbagai isu bilateral dan isu hangat lainnya, termasuk mengenai Ahmadiyah.

Usai pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu siang, Ketua Parlemen Amerika Serikat, David Dreier, mengungkapkan bahwa pembicaraan mereka dengan Presiden menyangkut sejumlah topik bilateral, serta isu hangat yang menjadi perbincangan di media massa, mulai dari perdagangan, perubahan politik di Timur Tengah, parlemen yang independen, peran perempuan, hingga konflik Ahmadiyah dan kasus pembakaran gereja di Jawa Tengah.

Dreier mengatakan sangat senang, karena Presiden Yudhoyono menjawab setiap isu yang ditanyakan dengan lugas dan jelas. Politisi dari Partai Republik ini menilai gabungan Islam, modernitas, demokrasi, serta upaya sungguh-sungguh oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia telah memberikan kesan yang baik di seluruh dunia.

Tapi, anggota Kongres AS dari Partai Demokrat, David Price, juga sangat prihatin kasus pembakaran gereja di Temanggung,. Ia mengakui bahwa Amerika Serikat juga menghadapi ancaman ekstrimisme agama, yang dilihatnya sebagai tantangan khusus bagi negara plural seperti Amerika Serikat dan Indonesia.

Mengutip pernyataan Presiden SBY, Price mengatakan masalah yang dihadapi Indonesia saat ini tidak hanya pergulatan antar-agama, tetapi juga dalam satu agama, di mana ada tarik menarik kepentingan. Price berharap toleransi agama tetap dapat dijalankan dan hukum ditegakkan.

Parlemen Amerika juga mengajak DPR RI untuk ikut memberikan kontribusi, dalam proses pembentukan parlemen Mesir menjelang pemilihan umum di negara itu.

Mengenai hal ini, pengamat politik luar negeri, Salim Said, mengatakan kepada VOA, bahwa Amerika Serikat harus melihat paradigma baru, dengan mengajak seluruh kekuatan oposisi di Mesir, termasuk Ikhwanul Muslimin. "Kita sudah lihat, keputusan Obama itu untuk mengajak bicara Ikhawanul Muslimin, yang selama ini menjadi “macan-macan” bagi Mubarak untuk tidak melakukan demokratisasi, sebab dia (Mubarak) bilang kalau ada pemilihan bebas maka yang menang Ikhawanul Muslimin dan Mesir akan menjadi negara syariah," ujar Salim Said. "Padahal itu hanya 'macan kertas' saja. Maka, nanti Amerika Serikat harus mengajak seluruh komponen oposisi, termasuk Ikhwanul Muslimin, baru itu namanya perubahan (politik).”

XS
SM
MD
LG