Tautan-tautan Akses

Pakistan: Nasib Diplomat AS Tergantung Keputusan Pengadilan


Diplomat AS Raymond Davis ditahan polisi Pakistan atas tuduhan pembunuhan terhadap dua warga Pakistan di Lahore, Kamis (27/1).
Diplomat AS Raymond Davis ditahan polisi Pakistan atas tuduhan pembunuhan terhadap dua warga Pakistan di Lahore, Kamis (27/1).

AS menuntut pembebasan segera diplomat Raymond Davis, dengan menyatakan penahanannya atas tuduhan pembunuhan 'tidak sah'.

Pakistan menegaskan nasib diplomat Amerika yang ditahan dan dikenai dua tuduhan pembunuhan akan ditentukan oleh pengadilan negara itu. Amerika menuntut pembebasan segera diplomat itu, dengan menyatakan penahanannya dilakukan secara “tidak sah.”

Pihak berwenang Pakistan mengatakan diplomat Amerika itu bernama Raymond Davis. Ia ditangkap di kota Lahore, Pakistan Timur Kamis lalu setelah menembak mati dua pria bersenjata.

Warga Amerika itu memberitahu hakim Pakistan bahwa ia bertindak untuk membela diri karena kedua pria itu, yang mengendarai sepeda motor, berusaha menyerangnya ketika mobilnya berhenti di lampu lalu lintas di Lahore.

Tanpa menyebutkan nama diplomatnya, Kedutaan Besar Amerika mengusahakan pembebasannya, dengan menyatakan ia punya kekebalan diplomatik di bawah kesepakatan internasional yang juga ditandatangani Pakistan.

Tapi Ketua Pengadilan Tinggi Propinsi Ijaz Ahmed Chaudry hari Selasa melarang pemerintah menyerahkan warga Amerika itu kepada pihak berwenang Amerika. Hakim itu mengatakan persoalan apakah diplomat itu punya kekebalan hukum akan diputuskan oleh pengadilan Pakistan.

Pemerintah Pakistan adalah sekutu dekat Amerika tapi mendapat tekanan hebat dari media setempat, kelompok oposisi dan bahkan anggota partai yang berkuasa untuk tidak membebaskan diplomat Amerika itu.

Para pendukung partai Jamaat-e-Islami melakukan unjuk rasa menuntut hukuman gantung bagi diplomat AS, Raymond Davis dalam protes di Karachi (30/1).
Para pendukung partai Jamaat-e-Islami melakukan unjuk rasa menuntut hukuman gantung bagi diplomat AS, Raymond Davis dalam protes di Karachi (30/1).

Isu itu mendominasi sidang parlemen hari Selasa. Baik kelompok oposisi maupun anggota Partai Rakyat Pakistan yang berkuasa menentang pembebasan diplomat Amerika. Pemimpin senior partai berkuasa, Raza Rabbani, di depan sidang mengatakan “kekebalan diplomatik yang memungkinkan warga asing menembak mati warga Pakistan tidak bisa diterima.”

Rabbani mengatakan, “Pakistan adalah negara merdeka. Kita punya hukum sendiri dan tidak akan membiarkan warga Pakistan ditembak mati oleh warga asing di jalan-jalan Pakistan.”

Presiden Pakistan Asif Ali Zardari dan PM Yousuf Raza Gillani berulang kali menyatakan akan menunggu hasil penyelidikan, dan menegaskan proses pengadilan Pakistan akan menentukan nasib diplomat itu.

Para kritikus mengatakan penangkapan diplomat Amerika itu menempatkan pemerintah Pakistan dan Amerika dalam posisi yang sult. Analis seperti Profesor Hasan-Askari Rizvi mengatakan jika pemerintah Paksitan membebaskan warga Amerika itu, mereka akan mendapat tekanan lebih besar dari partai Islam dan kelompok kanan negara itu. Tapi tambahnya, Amerika juga menghadapi situasi sulit.

Menurut Rizvi, “Dalam setahun terakhir, pemerintah Amerika berusaha memperbaiki citranya di kalangan publik. Amerika melakukan banyak program kesejahteraan bagi masyarakat Pakistan. Kini upaya tersebut terganggu oleh kontroversi diplomat itu. Dan jika Amerika bisa membebaskan orang ini dari Pakistan, saya kira seluruh upaya Amerika untuk mendapat kepercayaan masyarakat akan hancur.”

Para pejabat Amerika di Islamabad berkeras bahwa warga Amerika yang ditangkap itu adalah anggota staf teknis dan administrasi kedutaan, dengan status diplomat penuh yang memberinya kekebalan hukum terhadap dakwaan kriminal apapun. Tapi keterangan yang kurang lengkap mengenai insiden itu oleh kedutaan Amerika, yang hingga saat ini belum menjelaskan mengapa tersangka bersenjata, memicu spekulasi di media setempat bahwa warga Amerika itu adalah agen rahasia atau kontraktor keamanan.

XS
SM
MD
LG