Tautan-tautan Akses

Obama Serukan Diakhirinya Ekstremisme, Kecam Suriah dan Iran


Presiden AS Barack Obama memberikan pidato di depan Sidang Umum PBB hari Selasa (25/9).
Presiden AS Barack Obama memberikan pidato di depan Sidang Umum PBB hari Selasa (25/9).

Dalam pidatonya di depan Sidang Umum PBB hari Selasa (25/9), Presiden Barack Obama meminta para pemimpin dunia agar menentang kuat kekerasan dan ekstremisme.

Presiden Barak Obama menantang para pemimpin dunia untuk berbicara lantang menentang apa yang disebutnya politik perpecahan dan kekerasan, dan menghadapi penyebab kemarahan mendalam di negara-negara Muslim.

Wartawan senior VOA Dan Robinson melaporkan dari New York, di mana Presiden Obama menyampaikan pidato dalam Sidang Umum PBB ke-67.

Presiden Obama mengatakan serangan-serangan seperti yang telah menewaskan Duta Besar Amerika Untuk Libya Chris Stevens dan tiga warga Amerika lainnya, bukan saja serangan terhadap Amerika tetapi juga cita-cita yang mendasari pendirian PBB.

Presiden Obama memulai dan mengakhiri pidatonya dengan menunjukkan sosok Chris Stevens sebagai seorang yang berusaha membawa demokrasi ke Libya dan membangun jembatan antar kebudayaan. Amerika – ujar Presiden Obama – tanpa kenal lelah akan berupaya membawa para pembunuh ke meja pengadilan.

Presiden Obama mengatakan, para pemimpin dunia harus berbicara keras menentang dorongan melakukan kekerasan.

“Jika kita serius dengan gagasan awal pembentukan PBB, kita harus berbicara jujur tentang penyebab yang lebih dalam krisis ini. Karena kita menghadapi pilihan antara kekuatan yang akan memecah belah kita dan harapan yang kita miliki. Hari ini kita harus memastikan bahwa masa depan kita akan ditentukan oleh orang seperti Chris Stevens, dan bukan oleh para pembunuhnya. Hari ini kita harus menyatakan bahwa kekerasan dan intoleransi tidak punya tempat di antara negara-negara anggota PBB,” papar Obama.

Presiden Obama menyebut video anti-Muslim yang telah memicu aksi kekerasan di banyak negara sebagai “kasar dan menjijikan” dan penghinaan terhadap warga Muslim dan juga Amerika. Tetapi ia membela kebebasan berpendapat di Amerika.

Ia juga menggarisbawahi dukungan Amerika atas apa yang disebutnya “kekuatan perubahan” di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara yang sedang melakukan perubahan yang disebut “Arab Spring” atau kebangkitan dunia Arab.

Presiden Obama menegaskan bahwa pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad di Suriah seharusnya sudah berakhir dan dunia harus bekerja memastikan terjadinya transisi damai.

“Di Suriah, masa depan seharusnya bukan milik diktator yang telah membantai rakyatnya sendiri. Jika ada hal yang memicu terjadinya demonstrasi di dunia sekarang ini – demonstrasi damai itu – adalah demonstrasi menentang keberadaan rejim yang menyiksa anak-anak dan menembak roket pada bangunan-bangunan apartemen. Kita harus terlibat guna memastikan apa yang berawal dari tuntutan warga atas hak-hak mereka, tidak berakhir menjadi siklus kekerasan sektarian,” ujar Obama.

Presiden Obama mengatakan “era kemajuan” tidak saja terbatas di dunia Arab. Ia menyebut transisi damai di Afrika dan Burma, dengan menambahkan bahwa pergolakan baru-baru ini juga menunjukkan bahwa mengembangkan demokrasi adalah tugas berat.

Obama juga memperingatkan Iran bahwa Amerika akan melakukan apapun untuk mencegah Teheran memiliki senjata nuklir. Ia mengatakan masih ada waktu dan ruang untuk merundingkan program nuklir Iran, tetapi waktu untuk berunding itu bukannya tanpa batas.

Selain Presiden Obama, Raja Yordania Abdullah, yang negaranya menampung lebih dari 200 ribu orang pengungsi dari Suriah, menyampaikan krisis pengungsi kepada para delegasi Majelis Umum PBB. Menurutnya, para pengungsi tersebut telah menjadi beban yang berat bagi sumber daya Yordania yang terbatas. Ia menghimbau bantuan internasional dengan mengatakan akan segera datangnya musim dingin di negara gurun pasir itu.

Hari Rabu, Majelis Umum PBB diperkirakan akan mendengar pidato dari pemimpin Israel dan Palestina.
XS
SM
MD
LG