Tautan-tautan Akses

Obama, Netanyahu Bertemu di Gedung Putih


Presiden AS Barack Obama (kanan) menerima PM Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, Rabu (1/10).
Presiden AS Barack Obama (kanan) menerima PM Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, Rabu (1/10).

Presiden AS Barack Obama dan PM Israel Benjamin Netayahu melakukan pertemuan di Oval Office, Gedung Putih dengan membawa agenda yang berbeda hari Rabu (1/10).

Pejabat Gedung Putih mengecam rencana Israel untuk meneruskan berbagai pembangunan di Yerusalem Timur dengan mengatakan tindakan itu meracuni upaya perdamaian.

Pernyataan tersebut keluar setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertemu dengan Presiden Barack Obama di Gedung Putih. Di samping perbedaan-perbedaan tersebut, kedua pemimpin menegaskan kembali hubungan mereka dan berjanji untuk bekerja sama untuk perdamaian dalam apa yang mereka katakan situasi baru di Timur Tengah.

Presiden Obama memusatkan perhatian pada korban sipil selama operasi Israel baru-baru ini terhadap militan di Jalur Gaza, dimana lebih dari 2100 warga Palestina dan 70 warga Israel tewas.

"Kita perlu mencari cara-cara untuk mengubah status quo sehingga warga Israel dan anak-anak aman di rumah dan sekolah mereka dari ancaman tembakan roket dan juga tidak ada tragedi anak-anak Palestina yang tewas," kata Obama.

Pemimpin Amerika itu menegaskan kembali apa yang dikatakannya komitmen kuat Amerika pada keamanan Israel sebagaimana yang dibuktikan dengan usul Amerika mengenai sistim pencegat misil yang telah membantu Israel menembak jatuh sejumlah misil yang ditembakkan militan dari Gaza ke Israel.

Presiden Obama mengatakan keduanya akan membahas secara mendalam usaha pembangunan kembali Gaza dan bagaimana mereka bisa menciptakan perdamaian yang lebih langgeng antara Israel dan Palestina.

Mereka juga membicarakan mengenai operasi pimpinan Amerika untuk mengalahkan kelompok militan ISIS.

Perdana Menteri Netanyahu mengatakan Israel mendukung sepenuhnya upaya-upaya Amerika melawan ISIS tapi katanya yang lebih penting lagi adalah mencegah Iran menjadi sebuah kekuatan nuklir.

Pertemuan di Gedung Putih itu berlangsung beberapa hari setelah Netanyahu berbicara dalam sidang Majelis Umum PBB bahwa Iran sedang berusaha memperdaya dunia agar mencabut sanksi-sanksi dan memungkinkan negara itu membuat senjata nuklir.

Pemimpin Israel itu mendesak Presiden Obama untuk tidak mengalah pada keinginan Iran dalam perundingan P5+1 yang masih berlanjut untuk menghentikan program nuklir Iran dengan imbalan pengurangan sanksi-sanksi terhadap Iran.

"Iran menghendaki sebuah kesepakatan yang akan mencabut sanksi-sanksi berat yang dengan susah payah kita berlakukan dan memungkinkannya siap menjadi kekuatan nuklir. Saya sangat berharap hal itu tidak terjadi di bawah kepemimpinan anda," tegas Netanyahu.

Pemimpin Israel itu memperingatkan bahwa Iran yang bersenjata nuklir akan lebih berbahaya daripada kelompok Negara Islam yang beroperasi di Irak dan Suriah.

Iran telah lama berkeras bahwa program nuklirnya bertujuan damai, dan mengatakan pidato Netanyahu melanjutkan kebijakan untuk menyabot dan mengacaukan perundingan nuklir dengan negara-negara kuat dunia.

Pembicaraan untuk mencapai suatu perjanjian komprehensif itu tadinya dijadwalkan berakhir pada bulan Juli, tetapi kedua pihak sepakat untuk melanjutkan prosesnya hingga tenggat baru tanggal 24 November.

XS
SM
MD
LG