Tautan-tautan Akses

Obama Fokus pada Nasib Perempuan Amerika Keturunan Afrika


Presiden AS Barack Obama (Foto: dok.)
Presiden AS Barack Obama (Foto: dok.)

Presiden AS Barack Obama mengatakan perempuan Amerika keturunan Afrika terus menghadapi rintangan untuk berhasil lebih dari lima dekade setelah puncak gerakan hak-hak sipil.

Berbicara hari Sabtu pada acara penghargaan tahunan Congressional Black Caucus Foundation di Washington, Obama memuji peran perempuan kulit hitam dalam kampanye hak-hak sipil, mulai dari mengatur strategi boikot sampai mengorganisasi pawai, meskipun mereka tidak berada dalam posisi kepemimpinan.

Meski perempuan dan anak perempuan kulit hitam di Amerika Serikat telah membuat kemajuan dalam hal pendidikan dan ekonomi, kata Obama, mereka masih mudah terperosok ke dalam kemiskinan karena bekerja di bidang yang berupah rendah, dan dipenjara dengan tingkat dua kali lipat lebih tinggi dibanding perempuan kulit putih.

Presiden mengemukakan stereotip dan tekanan sosial yang mempengaruhi perempuan muda dan mengatakan komunitas Amerika keturunan Afrika "harus lebih lantang dari suara-suara yang mengatakan anak gadis mereka tidak cukup baik."

Dalam pidatonya Obama menyerukan upah yang sama bagi perempuan, yang umumnya menerima sekitar 70 sen untuk setiap dolar yang diterima seorang lelaki. Dia menyebut kesenjangan upah itu contoh buruk perekonomian AS. Katanya kesenjangan harus dihilangkan sebelum dilakukan langkah simbolis, seperti menempatkan wajah perempuan pada uang kertas 10 dolar, akan memiliki arti sesungguhnya.

Obama juga berjanji akan bekerjasama dengan Congressional Black Caucus dan anggota DPR lainnya untuk memajukan reformasi peradilan pidana selama 15 bulan sisa masa jabatannya. Ini merupakan jawaban atas kritik yang mengatakan bahwa dia telah mendorong permusuhan terhadap penegak hukum, di tengah serangkaian kematian warga kulit hitam saat dalam tahanan polisi. Obama mengatakan ia ingin mengulangi apa yang telah sering dikatakannya: "Aparat penegak hukum melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam tugas yang sangat sulit dan berbahaya."

Acara Sabtu itu juga dihadiri calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton dan Wakil Presiden Joe Biden yang sedang mempertimbangkan untuk mencalonkan diri. [as]

XS
SM
MD
LG