Tautan-tautan Akses

Ketua Komisi Intelijen Kongres AS Tolak Seruan Mundur dari Penyelidikan soal Rusia


Ketua Komisi Intelijen Kongres AS, Devin Nunes, saat tiba di Gedung Capitol di Washington DC, Rabu (28/3).
Ketua Komisi Intelijen Kongres AS, Devin Nunes, saat tiba di Gedung Capitol di Washington DC, Rabu (28/3).

Komisi Intelijen DPR membatalkan semua pertemuan pekan ini setelah ketuanya – Devin Nunes – menolak seruan faksi Demokrat untuk mengundurkan diri dari penyelidikan Komisi tersebut terhadap campur tangan Rusia dalam pemilu presiden tahun 2016.

Petinggi faksi Demokrat di DPR Adam Schiff hari Senin (27/3) mengeluarkan pernyataan yang menyerukan Ketua Komisi Intelijen DPR Devin Nunes – dari faksi Republik – untuk mengundurkan diri, dengan mengatakan sulit bagi publik untuk tetap yakin tentang penyelidikan yang sedang dilakukan jika hal itu tidak bisa “diselidiki atau diawasi oleh seorang ketua secara obyektif.”

Berbicara pada wartawan di Capitol Hill hari Selasa (28/3), Nunes menolak seruan Schiff untuk mundur dan mengatakan kerja Komisi pimpinannya sedang mencapai kemajuan.

“Kami melakukan pekerjaan yang sangat menyeluruh dalam penyelidikan ini, dan sebagaimana diketahui dalam soal Rusia ini, kami telah menangani hal ini selama bertahun-tahun, dan kami akan melanjutkan tugas ini,” tegas Nunes.

Nunes bertemu dengan seorang sumber di halaman Gedung Putih sebelum pekan lalu mengatakan bahwa Presiden Donald Trump “ikut disadap secara tidak sengaja”, demikian menurut juru bicaranya Jack Langer.

Langer hari Senin mengatakan Nunes ingin “berada di lokasi yang benar-benar aman sehingga bisa melihat informasi yang disampaikan sumbernya itu.”

Sebelumnya Nunes tidak mengatakan di mana ia bertemu dengan sumbernya, dan belum mengungkapkan identitas sumber itu.

Nunes berbicara dengan wartawan dan presiden tentang temuan itu pekan lalu tanpa memberitahu ke-21 anggota Komisi Intelijen DPR lainnya. Hal ini menimbulkan kemarahan anggota-anggota dari faksi Demokrat di dalam Komisi itu, yang mempertanyakan kredibilitas Nunes. Nunes kemudian minta maaf pada Komisi itu karena tidak memberitahu mereka terlebih dahulu tentang informasi tersebut.

“Kami berusaha mendapatkan dokumen-dokumen itu secepat mungkin, supaya bisa segera menjelaskan pada anggota Komisi," ujar Nunes pada VOA hari Selasa. Nunes tetap memiliki hubungan “baik” dengan anggota-anggota Komisinya, dan penyelidikan tentang Rusia ini terus berlanjut.

Sementara itu, Schiff hari Selasa mempertanyakan apakah Gedung Putih telah berupaya membatalkan dengar pendapat terbuka Komisi itu, yang sebelumnya dijadwalkan berlangsung pekan ini, dimana mantan jaksa agung sementara Sally Yates direncanakan akan memberi kesaksian “tentang peristiwa-peristiwa menjelang” pemecatan mantan penasehat keamanan nasional Michael Flynn, “termasuk upaya-upayanya untuk menutupi pembicaraan rahasianya dengan Duta Besar Rusia Untuk Amerika Sergey Kislyak.

“Apakah Gedung Putih berusaha menghindari penjelasan kepada publik agar tidak perlu menyampaikan kebenaran yang sesungguhnya tentang apa yang mendorong keputusan untuk membatalkan dengar pendapat hari ini, kami tidak tahu. Tetapi kami mendesak dijadwalkannya kembali sidang dengar pendapat itu tanpa ditunda lebih lama lagi,” demikian pernyataan tertulis Schiff.

Sebuah laporan di suratkabar Washington Post menyatakan pemerintah Trump berupaya mencegah Yates agar tidak memberi kesaksian.

Gedung Putih mengatakan laporan itu “sepenuhnya bohong” dan membantah telah mencegah Yates memberi kesaksian. Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih menyatakan “Departemen Kehakiman secara khusus memberitahu Yates bahwa pemerintah tidak akan mencegahnya memberikan kesaksian, dan mengatakan hal sebaliknya jelas tidak bertanggungjawab.” [em/ii]

XS
SM
MD
LG