Tautan-tautan Akses

Muslim Myanmar Pertimbangkan Politik Pasca-Pemilu


Warga Muslim mengantre di sebuah TPS di Mandalay, Myanmar (8/11). (AP/Hkun Lat)
Warga Muslim mengantre di sebuah TPS di Mandalay, Myanmar (8/11). (AP/Hkun Lat)

Mendapat stigma dan seringkali menghadapi kebencian dari mayoritas Buddhis, Muslim di negara ini tidak mendapatkan satu pun kursi dalam pemilu parlemen.

Dalam parlemen Myanmar berikutnya, tidak akan ada anggota yang beragama Islam.

Partai Muslim terbesar negara itu, Kongres Nasional Bersatu, telah mengakui bahwa mereka tidak akan meraih satu kursi pun, dan sejumlah kandidat Muslim lainnya juga mendapat suara sedikit.

Partai Aung San Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), sepertinya akan menjadi pemenang besar pemilu hari Minggu, namun tidak memiliki kandidat Muslim, tunduk pada kelompok nasionalis Buddhis.

Partai yang didukung militer, Partai Serikat Solidaritas dan Pembangunan (USDP), yang menghadapi kekalahan dalam penghitungan suara, juga tidak mengajukan kandidat Muslim.

Meski daftar kandidat NLD tidak memunculkan Muslim, dukungan lama dari komunitas Muslim terhadap partai itu tetap ada.

Win Mya Mya, seorang Muslim dan wakil ketua NLD untuk wilayah Mandalay di Myanmar tengah, berniat maju sebagai anggota legislatif, tapi diminta untuk tidak melakukannya oleh partainya karena agamanya.

Ia mengatakan kepada VOA bahwa keputusan itu pragmatis di tengah sentimen anti-Muslim yang menyebar luas di negara yang menganggap Muslim Myanmar sebagai penyelundup yang berusaha memadamkan Buddhisme.

"Saya pribadi merasa cukup sedih karena tidak akan ada Muslim di parlemen," ujarnya. "Kita lahir di sini. Saya seorang warga negara. Saya hanya bisa berbicara bahasa Burma. Nenek dan kakek saya lahir di Myanmar."

Namun ia mengatakan NLD mendapat dukungan dari sebagian besar Muslim karena hanya partai itulah yang dapat mendorong Myanmar keluar dari kekuasaan militer dan memperbaiki nasib minoritas etnis dan agama.

"Banyak orang yang tahu bahwa hanya Aung San Suu Kyi yang dapat membawa perubahan besar untuk negara ini," ujar Win Mya Mya. "Muslim seharusnya tidak terlalu kecewa tidak ada Muslim di parlemen karena partai NLD dapat melakukan banyak hal untuk semua orang."

Perselisihan Komunal

Namun partai itu tidak memiliki sikap yang jelas terhadap minoritas Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan, meningkatkan kekhawatiran bahwa pemerintahan yang dikuasai NLD tidak akan lebih baik untuk jutaan Muslim lain di Myanmar. Orang-orang Rohingya dilarang memberikan suara dalam pemilihan umum.

Mencapai kerukunan agama tidak akan mudah dalam sebuah negara dimana insiden kekerasan antar-komunal telah pecah sejak 2012.

Ledakan kerusuhan terjadi di Mandalay Juli lalu menyusul tuduhan keliru bahwa seorang pria Muslim telah memperkosa perempuan Buddhis. Perkelahian telah membuat banyak orang mengungsi, termasuk warga Muslim Yin Yin Moe dan keluarganya.

Mereka dapat kembali ke rumah tiga hari kemudian setelah dialog antara para biksu Buddhis dan para pemimpin Muslim membawa ketenangan kembali ke kota itu, yang sebetulnya multikultural sejak dibangun pada abad 19. Namun untuk waktu yang lama, menurut Yin Yin Moe, otoritas gagal mengintervensi untuk melindungi komunitasnya.

"Ketika kekerasan komunal pecah, kita harus lari. Kita harus meninggalkan rumah karena tidak memiliki perlindungan yang sama di bawah hukum," ujarnya.

Yin Yin Moe berharap janji berulang Aung San Suu Kyi untuk menegakkan hukum di Myanmar dapat membantu mencegah konflik komunal tidak terkendali. Namun karena pemerintahan baru hanya terbentuk beberapa bulan lagi, ia mengatakan khawatir ketidakpastian politik dapat mengundang masalah lebih jauh.

"Diskriminasi tidak hanya datang dari rezim, tapi ada di pikiran beberapa orang Burma," ujar Yin Yin Moe. "Dia (Suu Kyi) tidak dapat berubah dalam semalam."

Kandidat yang Kalah

Khin Maung Thein, satu-satunya kandidat Muslim yang maju di Mandalay dalam pemilihan parlemen ini, mengatakan ia hanya mendapatkan 815 suara untuk kursi majelis rendah. Konstituensinya merupakan populasi besar Muslim Pathi, yang akarnya merupakan orang-orang Muslim yang bekerja sebagai ajudan kerajaan Myanmar pada zaman sebelum kolonial.

NLD telah dikukuhkan sebagai pemenang kursi parlemen, dengan 81.593 suara, kemungkinan termasuk sejumlah besar pemilih Muslim. Namun Khin Maung Thein mengatkaan ia mengalahkan kandidat USDP sebagai posisi kedua di beberapa TPS.

Ia mengakui pencalonannya hanya bersifat simbolis, dan untuk itu ia berhasil mencapai tujuan untuk menarik perhatian pada kesulitan-kesulitan yang dihadapi Muslim Myanmar.

“Bagi saya, rasanya seperti kemenangan," ujarnya. "Meski saya kalah, orang-orang tahu apa yang telah saya lakukan, dan dunia juga tahu tentang hal itu."​[hd]

XS
SM
MD
LG