Tautan-tautan Akses

Muslim di Inggris Kecam Rencana Pemerintah Perangi Ekstremisme


Seorang perempuan memegang plakat bertuliskan 'Perdamaian' dalam sebuah konferensi perdamaian Islamis di Wembley Arena, London. (Foto: Dok)
Seorang perempuan memegang plakat bertuliskan 'Perdamaian' dalam sebuah konferensi perdamaian Islamis di Wembley Arena, London. (Foto: Dok)

Strategi PM David Cameron dikecam oleh warga Muslim karena dianggap menjelek-jelekkan komunitas mereka dan kelihatannya akan gagal.

Perdana Menteri Inggris David Cameron mengungkapkan strategi baru hari Senin (19/10) untuk memerangi ekstremisme, mengatakan bahwa hal itu "barangkali yang paling definitif dalam abad ini." Namun usulan-usulannya dikecam oleh warga Muslim karena dianggap menjelek-jelekkan komunitas mereka dan kelihatannya akan gagal.

Strategi Kontra-Ekstremisme yang telah dijanjikan oleh pemerintah Cameron selama berbulan-bulan itu, dirancang terutama untuk melawan ideologi yang dipromosikan oleh Negara Islam (ISIS), al-Qaida dan kelompok-kelompok militan Islamis lainnya, yang menurut pihak berwenang dapat menggiring anak-anak muda Inggris ke jalur kekerasan.

"Dengan metode-metode yang subversif, terorganisir dengan baik dan canggih, para ekstremis Islamis tidak hanya mengancam keamanan kita, mereka mengorbankan semua yang telah kita bangun bersama -- demokrasi multiras dan multi-keyakinan yang berhasil," tulis Cameron dalam halaman Facebooknya.

"Jadi kita harus mengkonfrontasi mereka di manapun kita dapat menemukan mereka."

Polisi Inggris mencatat rekor menangkap jumlah orang terbanyak tahun lalu yang diduga melakukan kejahatan terorisme, dan mengatakan mereka telah menggagalkan rencana yang terus meningkat dari anak-anak muda Inggris, beberapa diantaranya telah teradikalisasi hanya dalam beberapa minggu lewat Internet.

Awal bulan ini, seorang remaja pria berusia 15 tahun dipenjara seumur hidup karena mengatur serangan dalam acara peringatan Perang Dunia I di Australia, dari kamar tidurnya di Inggris utara.

Berdasarkan usulan-usulan dengan cakupan luas tersebut, kelompok-kelompok yang dianggap ekstremis dengan mempromosikan kebencian akan dilarang; tempat-tempat dimana kelompok-kelompok radikal berkembang, termasuk masjid, akan ditutup; dan regulator Ofcom akan semakin ketat dalam mengatur acara televisi dan radio yang mengudarakan materi-materi ekstremis.

Aturan baru tersebut akan memungkinkan para orangtua, yang khawatir anak-anak mereka yang berusia 16 dan 17 tahun akan bergabung dengan ISIS, untuk mendaftar agar paspor mereka dicabut. Sementara itu, siapa pun yang didakwa dengan pelanggaran terorisme atau aktivitas ekstremis akan dilarang bekerja dengan anak-anak.

Rencana-rencana itu dirancang untuk menyasar semua kelompok pendorong kebencian, termasuk organisasi-organisasi ultra kanan, namun proposal itu juga mendapat penolakan dari kelompok-kelompok Islamis yang salah satunya menyebutnya "perang terhadap Muslim."

Dewan Muslim Inggris (MCB), organisasi Muslim terbesar di negara itu, mengatakan meski terorisme merupakan ancaman nyata, strategi pemerintah didasarkan atas analisis buruk dan berisiko mengucilkan mereka yang diperlukan dukungannya.

"Apakah itu di masjid, lembaga pendidikan atau amal, strategi itu akan memperkuat persepsi bahwa semua aspek kehidupan Muslim harus menjalani uji 'kepatuhan' untuk membuktikan loyalitas kita kepada negara ini," ujar Shuja Shafi, Sekretaris Jenderal MCB.

Kelompok-kelompok Muslim tidak sendiri dengan rasa skeptis mereka. Beberapa pembuat undang-undang di partai Cameron sendiri merasa tidak nyaman dengan langkah-langkah itu, sementara para ahli kontra-ekstremisme mengatakan pesan-pesan dari para militan harus ditantang bukannya dilarang.

David Anderson, pengamat independen aturan anti-terorisme, telah memperingatkan bahwa keputusan-keputusan keliru akan berisiko memicu reaksi buruk dari komunitas-komunitas Muslim dan mendorong orang-orang ke arah ekstremisme dan terorisme. [hd]

XS
SM
MD
LG