Tautan-tautan Akses

Mikroba Pemakan Kotoran Dapat Menghasilkan Listrik


Anak-anak di toilet di Pelabuhan Jakarta. Penelitian menunjukkan bahwa mikroba yang digunakan untuk mengolah kotoran manusia dapat membangkitkan listrik. (Foto: Reuters)
Anak-anak di toilet di Pelabuhan Jakarta. Penelitian menunjukkan bahwa mikroba yang digunakan untuk mengolah kotoran manusia dapat membangkitkan listrik. (Foto: Reuters)

Penelitian menunjukkan bahwa mikroba yang digunakan untuk mengolah kotoran manusia mungkin dapat menghasilkan tenaga listrik.

Para ilmuwan di Amerika Serikat mengatakan bahwa mikroba yang digunakan untuk memroses kotoran manusia mungkin dapat menghasilkan listrik untuk menggerakkan seluruh tempat pengolahan kotoran.

Teknologi untuk itu didasarkan pada cabang ilmu pengetahuan yang relatif baru yaitu elektro-mikrobiologi, atau mencari tahu apakah mikroba-mikroba tertentu dapat membangkitkan arus listrik di luar sel-sel mereka sendiri.

Dalam konteks pengolahan limbah, air buangan dimurnikan dengan senyawa organik dan energinya digunakan untuk membangkitkan arus listrik yang dapat dipanen dan disimpan.

Salah seorang penulis penelitian tersebut, yang diterbitkan oleh jurnal Science di AS, Bruce Logan dari Pennsylvania State University, membandingkan proses yang sedang ia kembangkan dengan film The Matrix, dimana manusia disambungkan ke mesin untuk menghasilkan tenaga listrik.

“Pada artikel yang kami tulis, kami menggambarkan sebuah proses serupa namun kami menggunakan mikroorganisme tertentu yang dapat dihubungkan ke mesin untuk membangkitkan arus listrik yang dapat digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik,” ujar Logan.

Diperkirakan 3 persen dari listrik yang dibangkitkan di Amerika Serikat digunakan untuk pengolahan air limbah dan paling tidak 5 persen untuk infrastruktur air keseluruhan, ujar Logan, seraya menambahkan bahwa hal tersebut tidak berkelanjutan.

Logan mengatakan bahwa teknik tersebut, yang masih dalam tahap awal, telah menarik minat perusahaan-perusahaan seperti Siemens dan General Electric, serta perusahaan-perusahaan baru.

Ada beberapa kendala dalam teknik ini, termasuk biaya tinggi dalam membuat peralatan yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan kapasitas tenaga.
“Saat ini masih agak mahal,” ujar Logan.

“Apa yang kami benar-benar ingin lakukan adalah untuk menurunkan biaya material dan mulai mempraktikkan teknologi tersebut dan mengimplementasikan hal lain selain sains dan rekayasa. Proyek ini juga memerlukan kemauan politik dan pendanaan,” tambahnya.

Teknik yang sama dapat membuat mikroba dipakai untuk menghasilkan biofuel (bahan bakar alami), gas hidrogen, metana dan senyawa kimia berharga lainnya, tutur Logan dan peneliti mitra Korneel Rabaey dari University of Ghent di Belgia. (Reuters/Chris Wickham)
XS
SM
MD
LG