Tautan-tautan Akses

Para Menteri Uni Eropa Bahas Solusi bagi Krisis Migran


Para migran Timur Tengah menerobos pagar pembatas di Horgos, Serbia untuk memasuki kota Roszke, Hungaria (14/9).
Para migran Timur Tengah menerobos pagar pembatas di Horgos, Serbia untuk memasuki kota Roszke, Hungaria (14/9).

Para menteri dalam negeri Uni Eropa bertemu Senin (14/9) untuk membahas cara-cara berbagi tanggungjawab dalam menangani arus masuk pengungsi ke Eropa yang tampaknya tak kunjung berakhir.

Banyak migran tersebut tidak ingin menetap di sembarang negara saja, sebagian pengungsi malahan berjalan kaki melalui beberapa negara untuk mencapai Jerman. Migrasi massal itu telah memicu Jerman memberlakukan pemeriksaan paspor di sepanjang perbatasannya dengan Austria – mitranya di Uni Eropa – guna membatasi arus migran dan pengungsi.

Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere mengatakan, “Langkah ini penting. Kesediaan Jerman yang sangat luar biasa untuk membantu dalam beberapa pekan ini telah ditunjukkan dengan menempatkan petugas-petugas yang bekerja secara penuh dan dibantu ribuan sukarelawan, dan Jerman seharusnya jangan terlalu dibebani.Langkah-langkah yang telah diambil itu juga memberi isyarat kepada Eropa. Jerman menunjukkan tanggungjawab kemanusiaannya tetapi beban yang ditimbulkan oleh jumlah pengungsi yang sangat besar itu seharusnya juga dibagi rata, sesuai semangat solidaritas di Eropa.”

Jerman dan Austria baru-baru ini setuju untuk memperbolehkan migran memasuki wilayah mereka, guna mengurangi jumlah migran yang berkumpul di Hungaria. Pemerintah Hungaria kini bekerja untuk memperluas dan memperkokoh pagar perbatasannya dengan Serbia, dengan memasang kawat berduri di atasnya.

“Situasi ini bukan keadaan yang ideal, itulah sebabnya kami menyerukan kepada Hungaria untuk memperbaiki fasilitas-fasilitas penampungan. Karena kita melihat banyak perempuan dan anak-anak, bahkan selagi kita bicara ada begitu banyak perempuan dan anak-anak, datang bersama keluarga mereka yang telah berjalan kaki selama berhari-hari. Apapun yang terjadi, mereka adalah manusia. Mereka lari dari perang dan konflik. Mereka membutuhkan bantuan khusus,” kata juru bicara UNHCR.

Pejabat-pejabat Hungaria mengatakan mulai hari Selasa (15/9) akan mengadili migran yang tertangkap ketika berupaya menghindari pemeriksaan oleh polisi perbatasan.

Lebih dari 430 ribu migran – termasuk pengungsi dari Suriah dan Irak – berupaya memperoleh kehidupan yang lebih baik, dengan menyebrangi Laut Tengah menuju Eropa tahun ini.

Organisasi Migrasi Internasional IOM mengatakan hampir tiga ribu migran tewas dalam upaya menuju Eropa tersebut. Jumlah itu meningkat hari Minggu (13/9) ketika sedikitnya 28 orang lagi tewas di lepas pantai Yunani ketika kapal yang mereka tumpangi terbalik.

Sebagian Eropa – khususnya negara-negara Eropa Timur – menyalahkan Jerman atas terjadinya gelombang migran ke benua itu. Namun, Jerman justru semakin frustrasi dengan beberapa anggota Uni Eropa yang menunjukkan keengganan berbagi beban pendatang baru tersebut.

Dalam sebuah surat yang ditujukan ke partainya, Partai Demokrat Sosial, Wakil Kanselir Jerman, Sigmar Gabriel, memprediksi, Jerman bisa menampung hingga sebanyak satu juta pengungsi tahun ini. Kanselir Angela Merkel mengatakan, Jerman bersedia menerima 800 ribu migran.

Banyak migran tidak ingin sekedar masuk ke salah satu negara di Eropa. Beberapa di antara mereka berjalan – dalam arti yang sesungguhnya – menembus beberapa negara untuk mencapai Jerman. Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere mengatakan, mereka yang mencari perlindungan tidak bisa memilih negara yang mereka kehendaki.

XS
SM
MD
LG