Tautan-tautan Akses

Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Tak Pengaruhi Investor Besar


Investor besar di Indonesia menyatakan tidak khawatir atau panik atas penurunan nilai Rupiah terhadap dolar AS (foto: dok).
Investor besar di Indonesia menyatakan tidak khawatir atau panik atas penurunan nilai Rupiah terhadap dolar AS (foto: dok).

Menurut Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, kalangan investor besar di Indonesia, justru tidak panik akan penurunan nilai tukar Rupiah.

Beberapa pekan terakhir, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika, bahkan sempat anjlok dari sekitar Rp8.400 per dolar hingga sempat menembus level Rp9.000 per dolar Amerika. IHSG juga terpuruk dan tercatat paling parah penurunannya di Asia Pasifik karena merosot hingga 6 persen.

Ketika dijumpai VOA di sela-sela penutupan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Washington DC, hari Sabtu, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Rahmat Waluyanto mengungkapkan, pemerintah Indonesia telah melakukan komunikasi dengan kalangan investor, terutama investor besar yang membeli obligasi Indonesia, terkait dengan volatilitas nilai tukar rupiah dan pasar saham domestik.

Para investor itu, katanya, menyatakan tidak panik akan situasi tersebut. Bahkan, mereka tetap berkomitmen untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Rahmat Waluyanto mengatakan, "Mereka merasa tidak ada gunanya panik. Mereka tidak akan pull-out dari Indonesia karena Indonesia fundamentalnya bagus dan obligasi kita, kalau sudah dilepas nanti, mencarinya susah lagi. Mereka masih tahan.. ada sebagian yang sudah dilepas, tapi saya yakin selama ini kalau ada gonjang-ganjing seperti ini, belum ada yang dilepas."

Rahmat menegaskan pelemahan nikai tukar rupiah baru-baru ini hanya bersifat sementara, karena lebih banyak dipicu oleh faktor sentimen global, di mana ekonomi Eropa diperspektifkan negatif, krisis hutang di Yunani memburuk, peringkat hutang bank-bank besar di Eropa diturunkan, dan rumor bahwa Yunani akan gagal bayar hutang.

Kondisi tersebut membuat pasar dunia panik, karena mereka memperhitungkan efek sebaran terhadap sentimen di pasar keuangan domestik. Akhirnya, investor atau pelaku pasar ingin menjaga asetnya dan kemudian melakukan aksi lindung nilai atau hedging dengan memegang dolar Amerika agar lebih aman.

"Misalnya kemudian diperkirakan kalau dolar Amerika menguat, hingga berapa level terhadap rupiah, jadi rupiah sempat dalam transkasi NDF (non-delivery forward) menyentuh Rp9.100 per dolar. Artinya, kalau rupiah akan melemah, dolar akan menguat. Semua orang ngejar dolar untuk jaga asetnya, lebih baik pegang kas dalam dolar di tengah ketidakpastian," papar Rahmat.

Ia menganggap yang paling penting adalah menjaga kepercayaan investor. Pemerintah, katanya, siap untuk menstabilkan pasar. Selain itu, Kementerian Keuangan dan BUMN sudah memiliki nota kesepahaman bersama untuk melakukan koordinasi pada saat perusahaan-perusahaan BUMN akan melakukan pembelian Surat Berharga Negara.

Seperti diketahui, Bank Indonesia telah melakukan intervensi pasar mata uang dengan membeli rupiah, untuk menstabilkan nilai tukarnya. Cadangan devisa Indonesia pun anjlok pekan lalu sekitar 2 miliar dolar ke posisi 122 miliar dolar dari 124,6 miliar dolar per 19 Agustus 2011 akibat intervensi tersebut.

Sementara itu, IMF menilai langkah intervensi pasar mata uang oleh BI sudah tepat karena dilakukan untuk melancarkan penyesuaian dalam nilai tukar rupiah. Menurut Mahmood Pradhan, Penasehat Senior IMF untuk Asia Pasifik, intervensi bank sentral bukan hanya untuk menstabilkan rupiah, tetapi juga untuk mendukung likuiditas di pasaran.

Akibat volatilitas dalam pasar keuangan dunia, uang cenderung mengalir keluar (capital outflow) dari pasar keuangan yang paling likuid. Pasar keuangan Indonesia sangat likuid, yang mencerminkan investor asing banyak menanamkan modal terutama dalam pasar obligasi. Oleh sebab itu, terjadi arus modal keluar beberapa pekan terakhir, yang mengakibatkan rupiah melemah.

Berdasarkan data Bloomberg pada hari Sabtu (24/9), nilai tukar Rupiah setara dengan 8.941,25 per dolar AS.

XS
SM
MD
LG