Tautan-tautan Akses

Mari Pangestu Kandidat Pemimpin WTO


Mari Pangestu dalam sebuah pertemuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) saat menjabat sebagai menteri perdagangan. (Foto: Dok)
Mari Pangestu dalam sebuah pertemuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) saat menjabat sebagai menteri perdagangan. (Foto: Dok)

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Pangestu menjadi salah satu kandidat direktur jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sedang melakukan proses untuk memilih pemimpin badan yang mengatur kebijakan perdagangan global tersebut, sebuah kontes unik dalam dunia diplomasi internasional.

Mulai Selasa (2/4), ke-158 negara anggota akan mulai menyeleksi sembilan kandidat untuk posisi direktur jenderal, yang tugas utamanya adalah membangkitkan kembali pembicaraan-pembicaraan yang tertunda untuk meningkatkan perdagangan internasional.

Setelah dua kali masa jabatan empat tahun berakhir untuk Pascal Lamy, mantan direktur perdagangan Uni Eropa asal Perancis, negara-negara ekonomi baru bertujuan mengambil alih posisi teratas yang akan kosong mulai 1 September itu.

Roberto Azevedo, duta besar Brazil untuk WTO, dianggap sebagai favorit di kalangan komunitas diplomatik.

Namun kandidat kuat lainnya adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Pangestu, yang juga mantan menteri perdagangan dan salah satu dari tiga kandidat perempuan dalam kompetisi kepemimpinan di WTO, atau pertama kalinya dalam sejarah organisasi. Indonesia sendiri akan menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi WTO akhir tahun ini.

Kandidat lain adalah Herminio Blanco Mendoza dari Meksiko, Anabel Gonzalez dari Kosta Rika, Taeho Bark dari Korea Selatan, Tim Groser dari Selandia Baru, Ahmad Hindawi dari Yordania, Alan Kyerematen dari Ghana dan Amina Mohamed dari Kenya.

Tidak seperti organisasi serupa, misalnya badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang para pemimpinnya dinominasikan, WTO memilih ketuanya berdasarkan sistem konsensus, yang berarti setiap anggota dapat menghalangi proses itu.

Pada Januari, para kandidat melakukan presentasi 10 menit di dewan umum sebelum sesi tanya jawab dengan para delegasi. Sejak saat itu, para kandidat telah berkampanye secara global.

Ketua dewan umum saat ini, duta besar Pakistan Shahid Bashir, pada Selasa akan memulai pekan pertemuan dengan para wakil dari masing-masing negara anggota untuk mendapatkan pandangan mereka.
Ia akan bekerja sama dengan koleganya dari Kanada, Jonathan Fired, yang mengepalai badan penyelesaian sengketa WTO, dan Joakim Reiter dari Swedia, yang mengepalai divisi kajian kebijakan perdagangan.

Tujuannya adalah untuk melihat kandidat mana yang mendapat dukungan terbanyak untuk mengurangi jumlah kandidat yang saat ini mencapai rekor dalam kompetisi kepemimpinan WTO.

Empat kandidat dengan dukungan terendah diharapkan mundur pada 9 April, sebelum tim Bashir bertemu lagi untuk mengevaluasi kandidat sisanya, dan tiga lagi diharapkan mundur.

Dua kandidat terkuat akan berlaga dalam kontes yang dijadwalkan tuntas pada 31 Mei.

Dibentuk pada 1995, WTO bertujuan meningkatkan negosiasi perdagangan global untuk mendorong pertumbuhan dengan membuka pasar dan menghilangkan penghalang perdagangan, termasuk subsidi, pajak yang berlebihan dan peraturan.

Pertemuan Doha Round diluncurkan pada 2001 untuk memanfaatkan perdagangan global bagi pembangunan di negara-negara miskin, namun gagal karena kendala-kendala terutama dari China, Uni Eropa, India dan Amerika Serikat.

Momentum telah bergerak ke perjanjian-perjanjian regional dan bilateral, misalnya pakta perdagangan trans-Atlantik antara AS dan UE, atau Kemitraan Trans-Pasifik yang dinegosiasikan oleh para pemain termasuk AS, Kanada, Chili, Australia, Malaysia dan Singapura.

Pendukung perjanjian WTO memperingatkan bahwa kesepakatan regional dan bilateral akan menciptakan peraturan perdagangan yang berlawanan dan tidak melayani kepentingan perdagangan global. (AFP/Marie-Noëlle Blessing)

Recommended

XS
SM
MD
LG