Tautan-tautan Akses

Majalah Mode Turki Menyasar Kaum Profesional Muslimah


Para model memakai baju Muslim koleksi sebuah rumah mode di Turki. (Photo: AP)
Para model memakai baju Muslim koleksi sebuah rumah mode di Turki. (Photo: AP)

Di tengah pesatnya industri mode di Turki, muncullah majalah mode dengan target pembaca perempuan Muslim muda dan profesional.

Pada sebuah hotel berbintang lima yang mewah di daerah kota tua Istanbul, sebuah pemotretan halaman mode sedang berlangsung. Tapi ini bukanlah pemotretan untuk majalah mode biasa, melainkan untuk Ala, majalah yang menyasar wanita karir yang juga pemeluk Islam yang taat dan memakai jilbab.

Dalam satu tahun saja, majalah ini telah mengguncang dunia mode Turki, menarik pelanggan yang jumlahnya hampir menyaingi majalah-majalah perempuan sekuler.

Tokoh di balik kesuksesan Ala adalah Hulya Aslan yang berusia 24 tahun.

“Majalah ini ditujukan untuk perempuan konservatif yang memerlukan majalah yang menawarkan alternatif bagi gaya hidup mereka. Majalah-majalah lain tidak mewakili mereka, karena tidak ada hal-hal yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka,” ujarnya.

“Majalah-majalah tersebut tidak menawarkan gaya hidup aspirasi mereka. Mereka mencari majalah yang sesuai dan saya menawarkan Ala untuk mengisi kekosongan media di Turki.”

Majalah tersebut masuk ke dalam pasar kelas menengah beragama Islam yang sedang tumbuh di Turki dan menjadi makmur di bawah naungan Perdana Menteri Recey Tayyip Erdogan dari Partai Pembangunan dan Keadilan yang berbasis Islam.

Partai tersebut mencabut larangan memakai baju Muslim bagi perempuan di universitas-universitas, sesuatu yang memaksa Aslan mengabaikan pendidikannya.

“Sebelumnya, para perempuan yang memakai jilbab tidak dapat kuliah dan mereka tidak mungkin menjalani hidup yang mereka inginkan,” ungkapnya.

“Mereka terus mendapatkan kesulitan, dan bahkan tidak dapat bekerja di kantor-kantor pemerintahan. Situasi seperti itu membuat majalah seperti ini tidak mungkin ada. Tapi pada 10 tahun terakhir, keadaan telah berubah dan seiring perubahan ini ada kebutuhan dan permintaan yang meningkat [untuk majalah seperti ini]. Dengan menjawab tuntutan yang ada, majalah Ala telah meraih sukses besar,” tutur Aslan.

Kesuksesan majalah ini memunculkan generasi baru perempuan Turki yang menyeimbangkan keyakinan agama mereka dengan hasrat akan mode. Editor mode Ala, Tuba Tunc menjelaskan bahwa gaya yang diinginkan para pembaca adalah “Feminin dan juga tertutup, rapi dengan kualitas tinggi. Ini juga tujuan saya dalam berpakaian. Inilah saya, dan saya senang seperti ini. Inilah perempuan Ala dan beginilah representasi majalah kami.”

Namun majalah ini tidak luput dari kritik media pro-Islamis. Salah satu penulisnya menduduh Ala merusak perempuan dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang memerintahkan perempuan untuk berpakaian sederhana.

Namun Tunc tidak memedulikan kritik semacam itu.

“Memakai jilbab tidak berarti Anda tidak bisa mengikuti mode. Saya kira perempuan mana saja, berjilbab atau tidak, dapat mengikuti dan berdandan sesuai mode jika mereka ingin dan jika mereka melakukannya dengan benar,” ujarnya.

“Tidak ada masalah dengan hal itu. Saya ingin perempuan modern, berjilbab, menarik dan elit tahu bagaimana berpakaian dan membawa dirinya dengan baik,” tambahnya.

Di tengah pertumbuhan konsumsi yang tinggi dan sirkulasi Ala yang mencapai lebih dari 200.000 dan terus meningkat, tidak sulit untuk menemukan perempuan seperti yang direpresentasikan Ala di wilayah modern dan modis di Istanbul.

“Toko-toko yang menjual pakaian yang bisa kami kenakan sangat terbatas. Majalah Ala membantu kami mengatasi hal itu. Ia memberi alternatif-alternatif seperti rekomendasi pakaian di toko dan tempat-tempat yang sesuai untuk perempuan seperti saya,” ujar salah satu perempuan Ala.

Seiring mapannya majalah tersebut di dunia mode Turki, manajemen Ala sudah merencanakan sebuah program mode di televisi dan edisi-edisi untuk negara-negara Arab dan negara-negara Eropa dengan populasi Muslim yang besar.

Recommended

XS
SM
MD
LG