Tautan-tautan Akses

Laporan HRW: ISIS Siksa Anak-anak di Suriah


Anak pengungsi Kurdi di sebuah masjid di Suruc, perbatasan Turki-Suriah (15/10). (AP/Lefteris Pitarakis)
Anak pengungsi Kurdi di sebuah masjid di Suruc, perbatasan Turki-Suriah (15/10). (AP/Lefteris Pitarakis)

Kelompok HAM berbasis di New York tersebut mengatakan ISIS menculik sekitar 250 anak suku Kurdi di Kobani, Suriah, pada Mei saat mereka pulang ujian sekolah.

Sebuah laporan dari Human Rights Watch mengatakan bahwa anak-anak suku Kurdi berusia antara 14-16 tahun disiksa dan dilecehkan saat ditahan oleh kelompok militan Negara Islam (ISIS) di Suriah.

Kelompok pemantau hak asasi manusia berbasis di New York tersebut mengatakan bahwa ISIS pada Mei menculik sekitar 250 anak Kurdi saat mereka pulang ke rumah di kota Kobani, Suriah, setelah menjalani ujian sekolah di Aleppo.

Para militan itu awalnya membebaskan 100 anak perempuan, namun tetap menahan 153 anak laki-laki. Untuk anak-anak tersebut, hal itu merupakan awal dari bulan-bulan penuh trauma dan pelecehan, menurut peneliti senior HRW di Turki, Emma Sinclair Webb.

"Anak-anak dijadikan obyek video pertempuran dan pemenggalan ISIS dan dipaksa menontonnya," jelasnya.

"Mereka juga memberikan pelajaran agama dan memberlakukan aturan ketat soal shalat dan belajar, dan anak-anak itu secara rutin dipukuli dan disiksa."

Beberapa anak-anak berhasil kabur sementara yang lainnya dipertukarkan untuk para militan yang ditangkap oleh milisia Kurdi yang mempertahankan Kobani, yang saat ini dikepung pasukan ISIS.

Dua puluh lima anak sisanya dibebaskan minggu lalu dan sebagian besar dari mereka diyakini berasal dari keluarga yang terkait dengan partai PYD Kurdi Suriah.

Webb mengatakan perlakuan terburuk yang diberikan pada anak-anak tersebut terkait dengan milisia yang bertempur dengan militan di Kobani, menurut laporan anak-anak tersebut.

"Bentuk-bentuk penyiksaan terburuk termasuk memasukkan anak-anak ke dalam ban dan memukuli mereka dalam posisi tersebut dan menggantung mereka di langit-langit, dengan tangan diikat di punggung dan kaki diikat," ujarnya.

Pembebasan mereka tidak semerta-merta mengakhiri pengalaman traumatis mereka, ujar Webb.

"Bagian luar biasa dari ini adalah, mereka tidak dapat kembali ke Kobani. Mereka harus bisa mencapai Turki, karena Kobani sudah dikepung," ujarnya.

"Jadi mereka pergi ke Turki dan bertemu keluarga mereka di kota Suruc di tenggara tempat kami mewawancarai mereka."

Kelompok HAM tersebut mengatakan bahwa pengalaman-pengalaman tersebut kembali menunjukkan anak-anak terus menjadi korban utama perang sipil yang masih berlanjut di Suriah dan konflik di Irak. Webb mengatakan penyiksaan anak tidak terbatas pada kelompok ISIS.

"Perlakuan buruk terhadap anak-anak oleh ISIS harus dipahami dalam gambaran lebih luas dari tragedi konflik yang berdampak pada anak-anak. Pengungsian, pembunuhan dan seluruh generasi yang tidak mendapatkan pendidikan karena harus mengungsi di negara-negara lain di sekitarnya," ujarnya.

Webb mengatakan karena anak-anak yang diculik sekarang tinggal dengan keluarga mereka di kamp-kamp pengungsi di Turki atau tinggal bersama kerabat mereka di Turki, kelihatannya mereka tidak akan mendapatkan konseling atau terapi untuk pengalaman traumatis yang mereka alami.

XS
SM
MD
LG