Tautan-tautan Akses

Kunjungan Trump ke Inggris Diperdebatkan di Parlemen


Seorang pengunjuk rasa yang berkostum a la Patung Liberty mengambil bagian dalam unjuk rasa menentang Presiden Donald Trump di London, Inggri 20 Februari 2017 (foto: REUTERS/Toby Melville)
Seorang pengunjuk rasa yang berkostum a la Patung Liberty mengambil bagian dalam unjuk rasa menentang Presiden Donald Trump di London, Inggri 20 Februari 2017 (foto: REUTERS/Toby Melville)

Jalan-jalan di sekitar gedung Parlemen London dipenuhi ribuan orang yang turun ke jalan-jalan, Senin sewaktu anggota parlemen Inggris berdebat mengenai rencana kunjungan Presiden Donald Trump ke Inggris.

Ribuan orang turun ke jalan-jalan di sekitar gedung Parlemen London, Senin sewaktu anggota parlemen Inggris berdebat mengenai apakah akan membatalkan undangan bagi Presiden AS Donald Trump untuk mengadakan kunjungan kenegaraan ke Inggris.

Perdana Menteri Inggris, Theresa May menjadi pemimpin asing pertama yang bertemu Trump di Gedung Putih bulan Januari, dimana dia mengundang Trump untuk mengadakan kunjungan kenegaraan ke Inggris yang akan diselenggarakan oleh Ratu Elizabeth II pada akhir tahun ini.

Perdebatan dijadwalkan setelah lebih dari 1,8 juta orang menandatangani petisi online yang meminta pemerintah Inggris untuk membatalkan kunjungan kenegaraan itu. Sebuah petisi lain mendesak pemerintah untuk mendukung kunjungan itu, dan ditandatangani oleh 300.000 juga dibahas.

Meskipun terjadi perdebatan sengit di parlemen, anggota parlemen tidak mempunyai kekuatan untuk membatalkan undangan itu.

Anggota Partai Buruh oposisi, Paul Flynn, membuka perdebatan dengan menyebut Trump seorang laki-laki yang berperilaku seperti "anak kecil pemarah," seharusnya diturunkan tingkat kunjungan kenegaraannya menjadi kunjungan biasa.

Di luar parlemen, pengunjuk rasa Benjamin Kari mengatakan orang-orang harus melawan kebijakan Trump dan menghindari rasa puas diri. "Trump mendorong kebijakan rasis, kebencian terhadap perempuan dan ketakutan terhadap Islam."

Seorang anggota Kelompok Penentang Rasisme, Bryan Richardson, mengatakan perdana menteri Theresa May "mempermalukan dirinya dengan bergegas ke Washington untuk menjadi pemimpin pertama yang menemui Donald Trump." [ps/isa]

XS
SM
MD
LG