Tautan-tautan Akses

Konsumsi Daging Anjing di Indonesia Masih Tinggi


Salah satu hidangan daging anjing di sebuah warung makan di Yogyakarta (Foto: VOA/Nurhadi)
Salah satu hidangan daging anjing di sebuah warung makan di Yogyakarta (Foto: VOA/Nurhadi)

Di seluruh dunia, anjing dikenal sebagai hewan yang sangat dekat dengan manusia, bahkan disebut sebagai sahabat terbaik. Namun, hingga kini di berbagai daerah di Indonesia, hewan ini masih menjadi salah satu masakan yang digemari.

Warung makan di tanah air, pada umumnya menyediakan menu daging kambing atau sapi, namun di Yogyakarta ada warung-warung yang juga menyajikan daging anjing dalam menu mereka. Sejumlah warung menyebutnya dengan tongseng jamu, karena dianggap punya khasiat menyehatkan badan. Ada ratusan warung semacam ini di Yogyakarta, yang biasanya mulai buka di saat sore hingga dini hari.

Heru Purnomo kepada VOA menceritakan, daging anjing memiliki tekstur lebih lembut dibanding sapi atau kambing. Di tubuh, daging anjing juga terasa lebih panas. Meski memiliki anjing, Heru mengaku tidak risih memakan dagingnya, apalagi kebiasaan ini telah dia jalani sejak lebih dari 20 tahun yang lalu, ketika masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

“Saya juga punya anjing, tetapi saya tidak akan pernah membayangkannya ketika makan daging anjing. Bagi saya, saya menikmati ketika ini sudah jadi hidangan. Kalau misalnya ada anjing kampung di depan saya, kemudian dipotong dan saya mengikuti proses penyembelihan dari awal sampai akhir, kemungkinan saya juga tidak mau makan karena kasihan,” kata Heru Purnomo.

Kebiasaan mengonsumsi daging anjing oleh sebagian masyarakat Indonesia kini sedang menjadi kontroversi. Organisasi perlindungan hewan, Animal Defenders Indonesia menyebut aktivitas ini tidak berperikemanusiaan. Apalagi, dalam proses penyiapannya, anjing diperlakukan tanpa perasaan sedikitpun.

Doni Herdaru Tona dari Animal Defenders Indonesia kepada VOA menceritakan, selama proses transportasi dari berbagai daerah ke kota tujuan, seperti Jakarta, Solo, atau Yogyakarta, mulut anjing diikat dan kemudian dimasukkan ke dalam karung. Sebelum dimasak, anjing tidak disembelih seperti layaknya hewan lain, tetapi dibunuh dengan cara yang kejam, yaitu dengan dipukul kepalanya. Ada pula yang dibunuh dengan digantung atau ditenggelamkan di air.

“Konsumen daging anjing ini datang dari perspektif bahwa daging anjing ini punya khasiat medis dan dagingnya murah. Mereka terjebak dalam jargon bahwa makan daging anjing bisa meningkatkan vitalitas seksual, memulihkan badan yang loyo setelah kerja seharian, bisa mengobati asma, bisa menambah trombosit bagi mereka yang sedang kena demam berdarah. Padahal semua itu tidak terbukti secara medis,” kata Doni Herdaru Tona.

Animal Defender Indonesia terus melakukan kampanye penyadaran untuk menghapus anjing dari daftar menu makanan di Indonesia. Apalagi, tingkat konsumsinya saat ini masih sangat tinggi. Di Jakarta saja, dalam seminggu setidaknya ada seribu anjing yang masuk dari berbagai daerah, terutama Jawa Barat. Anjing-anjing ini sebagian datang dari peternakan, namun ada pula yang dicuri dari pemiliknya atau ditangkap dari hutan.

Drh Widagdo Sri Nugroho, dosen dari Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Yogyakarta, menilai, kontroversi seputar konsumsi daging anjing adalah sesuatu yang wajar. Namun, dia sendiri menggolongkan anjing sebagai hewan yang tidak pantas dikonsumsi.

“Sebenarnya ada pengelompokan hewan atau ternak produksi, dan itu lazim dikonsumsi manusia, misalnya sapi, kambing, domba, dan ayam. Nah, anjing itu termasuk yang tidak lazim untuk dikonsumsi sebagai sumber protein hewani,” kata Widagdo Sri Nugroho.

Indonesia, Korea Selatan, Vietnam, China dan Philipina adalah sejumlah negara di dunia yang masyarakatnya masih gemar mengonsumsi daging anjing. Khusus di Indonesia, provinsi yang memiliki tingkat konsumsi tinggi antara lain Jakarta, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, dan Yogyakara.

Dari empat provinsi itu, menurut data Animal Defenders Indonesia, sekitar 225.000 ekor anjing dibunuh setiap tahunnya untuk dikonsumsi. [lt]

Recommended

XS
SM
MD
LG