Tautan-tautan Akses

Kekurangan SDM, ISIS Mulai Mengendur


Seorang tentara militan mengarahkan senapannya pada pertempuran di Tal Tamr, provinsi Hassakeh, Suriah, pada foto yang dipasang oleh divisi Al-Baraka kelompok Negara Islam (24/2).
Seorang tentara militan mengarahkan senapannya pada pertempuran di Tal Tamr, provinsi Hassakeh, Suriah, pada foto yang dipasang oleh divisi Al-Baraka kelompok Negara Islam (24/2).

Bertempur di berbagai tempat melawan sejumlah musuh, kelompok militan Negara Islam menunjukkan tanda-tanda mulai tertekan, dan kini, para kepala suku dan pemimpin daerah berusaha merekrut warga untuk ikut berjuang dengan kelompok ini, menurut aktivis dan warga lokal di kota-kota bagian utara Suriah.

Angkatan bersenjata ISIS memiliki wilayah luas yang mereka berusaha pertahankan, membentang dari Aleppo di bagian utara Suriah, hingga ke timur di kota Mosul di Irak. Aktivis dan warga lokal di kota-kota Suriah utara yang dikontrol oleh kelompok ini, mengatakan jumlah anggota pasukan kelompok ini sudah mulai menipis, dengan banyaknya tentara mereka yang ditarik ke medan perang di Irak.

"Tadinya banyak di antara mereka terlihat di jalan-jalan, berpatroli dan mendirikan titik-titik penjagaan, tapi sekarang hanya sedikit dari mereka yang terlihat dan tidak banyak titik penjagaan," kata Abdul, seorang siswa yang sering bepergian dari Turki ke kota asalnya Al-Bab, sekitar 50 kilometer dari Aleppo.

Di Raqqa, ibukota de facto "kekhalifahan" ini, para aktivis juga melihat penurunan jumlah tentara ISIS di jalanan dan mengatakan masyarakat setempat kini ditekan untuk bergabung dengan ISIS. "Mereka butuh tentara untuk pergi ke Irak," kata Abu Mohammed, seorang aktivis dari sebuah jaringan oposisi. "Mereka menggunakan segala cara untuk membujuk orang untuk bergabung -- mulai dari uang hingga ancaman..."

Ia mengatakan krisis sumber daya manusia ISIS mulai terlihat sejak awal tahun ketika kelompok ini harus mengakui kekalahan setelah serangan berbulan-bulan di Kobani yang berpopulasi Kurdi di dekat perbatasan Suriah dengan Turki. "Mereka kehilangan banyak prajurit di sana dan tampaknya ini juga mengendurkan semangat mereka."

Kebanyakan tentara yang dikirim ISIS ke Kobani adalah pemuda-pemuda dari Suriah dan Irak. Kelompok ini juga menggiatkan upaya untuk merekrut anak-anak. Abu Mohammed mengatakan ISIS mengumpulkan 117 anak-anak di Raqqa hanya dalam sebulan terakhir.

Upaya merekrut anak-anak ini, menurut para komandan pemberontak Suriah, merupakan sebagian dari konsekuensi banyak tentara ISIS yang tewas di Kobani dan berbagai pertempuran di Irak dan Suriah timur laut dengan milisi Kurdi dan Syiah.

'Serangan udara koalisi menewaskan 8.500 tentara'

Di bulan Maret, Jenderal Llyod Austin, pemimpin Komando Pasukan Gabungan AS (CENTCOM), mengatakan kepada panel di Kongres bahwa serangan-serangan pemboman oleh pasukan koalisi atas para militan yang dimulai pada bulan September tampaknya telah menewaskan 8.500 tentara. Sebagian analis mempertanyakan perkiraan tersebut, dengan alasan AS tidak memiliki kemampuan untuk menghitung kerusakan dan jumlah korban akibat serangan udara dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Walaupun demikian, Rami Abdurrahman, yang mengepalai lembaga Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di London, sebuah jaringan pemantau aktivis pro-oposisi, berkeyakinan ISIS telah menderita kerugian yang signifikan dan memperkirakan kelompok tersebut kehilangan lebih dari 1.000 tentara di Kobani saja.

Pekan lalu sebuah pernyataan yang tampaknya datang dari pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, muncul dalam forum para jihadis dan Twitter, mengimbau para pemimpin daerah dan tentara di provinsi-provinsi di Suriah untuk dengan sukarela bergabung untuk bertempur di Irak. Pengumuman tersebut dengan spesifik menargetkan mereka yang ingin menjadi pembom bunuh diri. Ia menginginkan calon yang "berdedikasi kepada agama, mereka yang sabar, dan ahli perang yang tidak melihat ke belakang, berjuang dan tidak menurunkan senjata mereka hingga mati..."

Menurut para analis di pusat pemberantasan terorisme di Akademi Militer AS di West Point, Daniel Milton dan Muhammad al-Ubaydi: "Kesimpulan pertama dari pernyataan tersebut adalah bahwa mereka menginginkan calon yang ingin bergabung untuk melapor dalam waktu 48 jam. Tenggat waktu yang pendek ini menunjukkan bahwa mereka berada dalam keadaan terdesak. Mengingat waktu yang dibutuhkan untuk menyusun dan mengirim prajurit, ini menunjukkan bahwa (ISIS) memandang bahwa beberapa minggu ke depan ini (provinsi) Al-Anbar dan Salah ad Din berada dalam keadaan kritis."

Para analis menjelaskan, "Dinamika konflik baik di Irak dan Suriah menjadikan Khalifah (al-Baghdadi) harus memutuskan dengan hati-hati daerah konflik mana yang lebih penting dan bagaimana untuk tidak mengundang amarah dari para pemimpin daerah."

Semakin banyak video propaganda rekrutmen ISIS juga menunjukkan individu-individu yang bersumpah setia untuk membela kelompok ini. Akhir bulan lalu sebuah video dari Raqqa menunjukkan sekelompok prajurit bersumpah setia kepada al-Baghdadi dan mendeklarasikan, "Tidak ada jalan balik setelah hari ini." Menurut video ini, para tentara sedang menuju Irak.

Para komandan pemberontak Suriah bersikeras bahwa walaupun media Barat melaporkan arus warga asing yang bergabung dengan ISIS, mereka berkeyakinan bahwa semakin sedikit warga asing yang bergabung ataupun sukses memasuki perbatasan dari Turki ke Suriah.

XS
SM
MD
LG