Tautan-tautan Akses

Kekebalan terhadap Antibiotik Ancam Kesehatan Dunia


Semakin kebalnya masyarakat terhadap antibiotik semakin menjadi keprihatinan para pakar kesehatan di seluruh dunia. Mereka khawatir dalam beberapa tahun mendatang, tubuh kita mungkin tidak bisa bertahan terhadap penularan beberapa jenis bakteri.

Masyarakat semakin kebal terhadap obat-obatan antibiotik. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap demikian dan menyebut kekebalan tersebut sebagai salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan manusia.

Para pakar mengatakan jika masalah itu tidak diatasi dari sekarang, penyakit-penyakit menular yang sebelumnya dapat diobati dapat merebak lagi dengan lebih hebat.

Dr. Thomas Frieden, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) mengimbau Kongres Amerika agar menanggapi bahaya yang ditimbulkan mikroba yang kebal yang bisa mengakibatkan cara-cara pengobatan saat ini menjadi tidak manjur. “Jika kita tidak meningkatkan kewaspadaan terhadap masalah kekebalan antibiotik, kita mungkin akan mengalami keadaan di mana hanya ada sedikit atau tidak ada sama sekali cara untuk menangani banyak penyakit menular," katanya.

Para pakar khawatir semakin banyak antibiotik digunakan, semakin kurang kemanjurannya. Mutasi genetika bakteri yang membuat bakteri itu kebal terhadap antibiotik adalah proses alamiah yang normal. Proses tersebut terjadi semakin cepat, karena penggunaan antibiotik yang berlebihan.

Dr. Donald Poretz mengatakan bakteri yang kebal dapat mengakibatkan perebakan beberapa jenis penyakit berbahaya. “Contohnya adalah infeksi saluran kencing, kulit, dan paru-paru," ujar Dr. Poretz. "Bakteri-bakteri berbeda menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi ini, karena bakteri itu menjadi semakin kebal. Kemudian, pada penyakit yang lebih berbahaya, seperti tuberkulosa, yang terdapat di banyak bagian dunia, orang diberi berbagai macam obat antibiotik, tetapi kuman tuberkulosa justru menjadi kebal."

Banyak perusahaan obat, menurut para pakar, mengurangi produksi antibiotik sehingga memperburuk masalah tersebut. Penggunaan antibiotik yang kurang dari dosis semestinya mengakibatkan bakteri yang seharusnya bisa dibasmi, tetap hidup dan malah menjadi lebih kuat.

Dr. Anthony Fauci dari Badan Penanganan Alergi dan Penyakit Menular Amerika mengatakan banyak perusahaan obat hanya memikirkan keuntungan, dan mengurangi atau menghentikan produksi antibiotik. “Perusahaan obat cenderung memilih produksi obat yang dibutuhkan banyak orang sepanjang hidup mereka daripada obat yang hanya dibutuhkan sekelompok kecil orang hanya untuk 10 hari sampai dua minggu dalam setahun,”kata Fauci.

Para pakar mengatakan pemecahan masalah itu terletak pada upaya memberikan penyuluhan kepada pasien dan dokter, agar menghindari penggunaan antibiotik jika tidak perlu. (VOA/Budi Setiawan)

XS
SM
MD
LG