Tautan-tautan Akses

Jusuf Kalla: Kunjungan ke Israel dan Palestina, Upaya Kemanusiaan


Pemandangan kamp pengungsi Palestina, Shuafat di Yerusalem Timur (Foto Dok. 9 Oct 2010). Jusuf Kalla mengunjungi Yerusalem untuk bertemu dengan pejabat Magen David Adom, organisasi kemanusiaan Israel.
Pemandangan kamp pengungsi Palestina, Shuafat di Yerusalem Timur (Foto Dok. 9 Oct 2010). Jusuf Kalla mengunjungi Yerusalem untuk bertemu dengan pejabat Magen David Adom, organisasi kemanusiaan Israel.

Ketua PMI Jusuf Kalla menghadiri konferensi Bulan Sabit Merah Palestina dan bertemu organisasi kemanusiaan Israel di Yerusalem.

Pertemuan antar organisasi merupakan hal yang biasa. Tetapi jika pertemuan itu melibatkan dua organisasi dari negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik, maka hal itu menjadi luar biasa. Inilah yang terjadi saat Ketua Palang Merah Indonesia (PMI), Jusuf Kalla mengadakan pertemuan dengan Magen David Adom (organisasi kemanusiaan Israel) di Yerusalem pekan ini.

Reporter VOA Eva Mazrieva melakukan wawancara sehubungan dengan kunjungannya tersebut dan tanggapannya atas permintaan menjadi mediator konflik Palestina-Israel.

Eva Mazrieva: Apa tujuan ke Yerusalem dan tidakkah ada kekhawatiranakan dampak kunjungan itu nantinya?

Jusuf Kalla: Pertama saya menghadiri konferensi para pendukung Bulan Sabit Merah Palestina, kita ingin mengetahui perkembangan Palestina. Tentu sebagai palang merah, kita memiliki hubungan dengan Israel karenanya saya juga berkunjung ke Israel, khususnya ke Yerusalem dan Tel Aviv. Untuk mengetahui kinerja mereka di sana.

Eva Mazrieva: Adakah kekagetan melihat situasi di Palestina atau Israel yang ternyata berbeda dengan gambaran akan suasana konflik dan perang yang selama ini kerap digambarkan?

Jusuf Kalla: Iya. Yerusalem itu ternyata indah sekali. Juga Ramallah dan El Bireh – tempat Palang Merah Israel berada. Pembangunan memang berlangsung luar biasa. Yang sulit saya terima adalah dimana-mana ada pos-pos tentara Israel, ada check-point. Untuk masuk ke wilayah Palestina saja setidaknya saya tujuh kali diperiksa oleh tentara Israel. Jadi memang luar biasa ‘kehebatan’ Israel, membuat pembangunan tapi tidak mengindahkan hak asasi manusia.

Eva Mazrieva: Apa mereka tetap melakukan pemeriksaan intensif ketika tahu yang datang seorang Jusuf Kalla?

Jusuf Kalla: Bagi Israel tidak ada perbedaan. Pokoknya semua di cek. Meskipun setelah melihat tanda palang merah maka semua menjadi lebih mudah.

Eva Mazrieva: Apakah Bapak juga mengunjungi lokasi perluasan pemukiman Yahudi yang menjadi ganjalan perundingan Israel-Palestina saat ini?

Jusuf Kalla: Tidak. Hanya melihat dari jauh saja. Yang saya kunjungi itu tempat pengungsi Palestina di Ramallah dan Nablus di West Bank. Justru saya baru tahu kalau resettlement itu ternyata dekat sekali dengan Yerusalem.

Eva Mazrieva: Baik Ketua Bulan Sabit Merah Palestina, Yousin Al Khatib dan Presiden Magen David Adom Israel, Noam Yefyah sama-sama meminta Bapak menjadi mediator dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina. Tanggapan Bapak?

Jusuf Kalla: Dia meminta saya membantu, tapi menjadi mediator khan tidak gampang. Obama saja menjadi mediator tidak mudah, walaupun itu mungkin! Bagaimana menekan Israel atau bagaimana memberikan sanksi. Itu semua bisa. Perdamaian itu pada dasarnya tergantung bagaimana maunya Israel. Misalnya bagaimana menghentikan pembangunan resettlement Israel di Yerusalem. Semua negara sudah mendesaknya tapi Israel tetap saja melakukan pembangunan. Jadi disini letaknya meyakinkan Israel bahwa perdamaian itu penting dan karenanya ia harus menghormati azas-azas umum yang berlaku.

Ketua Palang Merah Indonesia, mantan Wapres Jusuf Kalla.
Ketua Palang Merah Indonesia, mantan Wapres Jusuf Kalla.

Eva Mazrieva: Sempatkah Bapak mengungkapkan hal ini pada para pejabat Israel?

Jusuf Kalla: Saya lebih banyak di Palestina. Saya tiga hari di Palestina dan hanya satu hari di Israel. Itu pun di Yerusalem dan Tel Aviv. Saya berbicara dengan palang merah disana – MDA namanya.

Eva Mazrieva: Sempat bertemu dengan pejabat resmi Israel juga?

Jusuf Kalla: Oh tidak! Tidak! Saya tidak ingin ketemu itu. Meskipun saya bertemu dengan para pejabat dan ketua palang merah mereka.

Eva Mazrieva: Setujukah Bapak bahwa meskipun antar negara memiliki masalah atau tidak ada hubungan diplomatik, tapi people-to-people contact tetap bisa berjalan?

Jusuf Kalla: Tentu! Seharusnya memang begitu. Saya ketemu banyak orang Indonesia disana. Mulai dari saya memasuki Yordania, hingga ke Yerusalem. Setiap tahun katanya ada 10 ribu orang Indonesia kesana. Terutama berkunjung ke Bethlehem. Rakyat kita dan rakyat mereka khan tidak ada masalah. Yang bermasalah itu pemimpin pemerintahan dan para politisi. Yang rakyat itu yang justru menciptakan perdamaian. Yang rakyat itu yang justru bisa bekerjasama.

Eva Mazrieva: Tidakkah ada kekhawatiran kalau kunjungan ini akan dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik Bapak di Indonesia, baik dalam kedudukan sebagai Ketua PMI maupun menjelang pertarungan pada 2012 nanti?

Jusuf Kalla: Pertama – saya tidak berpolitik. Kedua – saya juga tidak punya lawan politik karena saya bergerak di bidang kemanusiaan. Ketiga – jangan berharap setiap langkah itu akan didukung. Itu resiko. Ada yang setuju, ada yang tidak setuju. Silahkan bicara kenapa setuju dan kenapa tidak setuju. Di dunia ini semua orang bebas mengungkapkan pendapat. Tidak apa-apa juga! Selama kita yakin keyakinan kita penting. Tapi jika kita ingin melakukan sesuatu, membuat perdamaian, maka kita harus tahu dua-duanya. Kita harus tahu mengapa mereka berpikir begitu. Kita yang harus meyakinkan mereka akan jalan pikiran kita yang dinilai bisa mengubah sesuatu ke arah yang lebih baik… Kita tahu bahwa Israel itu salah, dari sisi pandangan kita. Tapi bagaimana memberitahu ia tanpa pernah mengetahui sikapnya kini. Mau perang kita? Kita khan sekarang harus berdialog. Kalau dialog tanpa melibatkan kedua belah pihak, apa namanya khan?

Eva Mazrieva: Jadi sama sekali tidak ada ketakutan jika kelak kunjungan ini jadi bumerang?

Jusuf Kalla: Tidak! Siapa sih yang ingin mengkritik upaya kemanusiaan. Yang namanya upaya kemanusiaan itu borderless, tanpa batas. Dan PMI tidak pernah masuk ke ranah politik.

Eva Mazrieva: Terakhir, bersediakah Bapak jika diminta menggantikan posisi Gus Dur dalam Shimon Perez Foundation?

Jusuf Kalla: Shimon Perez itu termasuk yang mendukung perdamaian dan kita mengapresiasi hal-hal itu. Tapi saya belum bisa berfikir kesitu secara langsung.

Demikian wawancara VOA dengan Ketua PMI, Jusuf Kalla, yang baru kembali dari kunjungan ke Israel dan Palestina.

XS
SM
MD
LG