Tautan-tautan Akses

Jokowi-JK Paparkan Visi Misi Ekonomi


Calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo memaparkan visi dan misi bidang ekonomi di Jakarta, Rabu (4/6). (VOA/Andylala Waluyo)
Calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo memaparkan visi dan misi bidang ekonomi di Jakarta, Rabu (4/6). (VOA/Andylala Waluyo)

Jokowi mengatakan bahwa sebagai negara yang mengaku agraris, Indonesia harus membenahi sektor pertanian yang telah lama terabaikan,

Didampingi calon wakil presiden Jusuf Kalla, calon presiden Joko Widodo memaparkan visi dan misi keduanya dalam bidang ekonomi di depan para pengusaha dan kalangan profesional, Rabu malam (4/6), menyoroti pentingnya pendidikan dan perbaikan etos kerja yang menurutnya sangat penting dalam pembangunan ekonomi.

"Kita memiliki kekayaan yang sangat luar biasa. Tetapi kita kedodoran di bidang yang namanya budaya kerja, etos kerja, karena memang itu tidak disiapkan sejak awal. Karena itu pembangunan sumber daya manusia adalah yang utama kita lakukan selama lima tahun ke depan," ujarnya dalam acara yang diadakan di Hotel Ritz Carlton, Jakarta.

Jokowi, demikian ia akrab dipanggil, juga mengatakan bahwa sebagai negara yang mengaku agraris, Indonesia harus membenahi sektor pertanian yang telah lama terabaikan, diantaranya dengan membantu petani dalam memasarkan hasil pertaniannya dan tidak lagi membangun sesuatu di lahan pertanian yang produktif, seperti perumahan dan industri.

"Kalau kita ingin menyejahterakan petani, mereka jangan selalu dibebani oleh pupuk yang selalu tepat waktu, pestisida yang harus beli, lalu hal-hal yang berkaitan dengan bibit dan benih. Yang berbahaya adalah yang berkaitan dengan konversi lahan. Dari lahan pertanian dikeonversi ke kegiatan yang lain. Entah itu untuk perumahan, industri, atau pertambangan. Lalu antara petani dan pasar terlalu jauh. Sehingga yang ditengah (tengkulak) yang main," ujarnya.

Selain itu, Jokowi menargetkan pembangunan 25 bendungan yang harus segera dibangun dan bisa langsung dialirkan ke sawah.

Terkait bahan bakar minyak (BBM), ia menjanjikan bahwa jika ia menang sebagai presiden, pemerintahannya akan mampu menghemat subsidi BBM hingga Rp 70 trilyun.

"Kita ini terlalu tergantung pada bahan bakar minyak, seperti listrik. Padahal kalau bisa kita alihkan ke gas atau ke batu bara, subsidi bisa kita hemat. Saya tidak tahu kenapa sekian tahun tidak dilakukan. Ini semua karena adanya kepentingan," ujarnya.

Masalah perizinan, termasuk dalam perhatian Jokowi, yang menjanjikan kecepatan proses pembuatan, diantaranya lewat sistem satu pintu dan online, yang telah ia jalankan di Solo dan Jakarta.

Dalam pemaparan di hari pertama kampanye presiden tersebut, Jokowi juga menyampaikan soal pembangunan tol laut sebagai penghubung antara Indonesia bagian barat, tengah hingga ke timur Papua, yang menurutnya perlu dilakukan untuk menghemat ongkos pengiriman barang antar provinsi.

Terakhir, Joko menjanjikan ketersediaan tiga skuadron pesawat tanpa awak (drones) untuk kepentingan pertahanan Indonesia. Meski teknologi tersebut cukup mahal, menurutnya Indonesia mampu untuk membelinya. Pesawat tanpa awak itu akan masuk dalam satuan gugus tempur dan tidak hanya bekerja sebagai alat pertahanan, tetapi sebagai alat pemantauan untuk penebangan hutan liar, penangkapan ikan ilegal dan kebakaran hutan.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan optimis kalangan pengusaha di Indonesia memberikan dukungan penuh kepada pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla.

"Saya pikir pasti didukung besar. Mereka (pengusaha) sebelumnya bertanya-tanya. Karena kita ini di masih ragu soal ..dia (Joko widodo) kalau di Solo dan Jakarta sukses, nah kalau secara nasional ada nggak ide-ide dia (yang) bisa membawa ekonomi kita lebih baik untuk berkompetisi di dunia luar. Ah ini dia buktikan. Tapi dia bisa bawa itu kalau dia dipilih dulu kan? Ide-idenya baik menurut saya. Kita bantulah supaya dia terpilih," ujarnya.

Sofjan terutama memberikan apresiasi atas visi untuk memprioritaskan pembangunan infrastruktur demi kelancaran roda perekonomian, serta membangun kembali mental bangsa.

"...Menurunkan ekonomi biaya tinggi melalui motto 'jangan semua dibikin susah'. Dia juga memprioritaskan infrastruktur, misalnya. Memberi prioritas juga untuk transportasi kita juga misalnya, karena selama ini mahal semua. Termasuk pembangunan mental kita. Saya pikir betul yang dia bilang. Kita perlu mengubah mental disiplin bangsa kita," ujarnya.

Recommended

XS
SM
MD
LG