Tautan-tautan Akses

Interpol Tangguhkan Kolaborasi dengan FIFA


Petugas interpol tengah bertugas di Namibia (Foto:dok).
Petugas interpol tengah bertugas di Namibia (Foto:dok).

Lembaga penegak hukum internasional Interpol telah menangguhkan kesepakatan kerjasama 10 tahun dengan badan sepak bola dunia FIFA terkait skandal korupsi.

Interpol mengumumkan Jumat (12/6) bahwa itu menangguhkan program Integritas dalam Olahraga, sebuah proyek 10 tahun yang didanai oleh sumbangan $ 22.000.000 dari FIFA. Interpol mengatakan program ini dimaksudkan untuk mencegah manipulasi acara olahraga dan perjudian ilegal oleh kelompok-kelompok kriminal.

Sekretaris Jenderal Interpol Jurgen Stock mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Interpol masih berkomitmen untuk mengembangkan program ini, tetapi ia telah memutuskan untuk menangguhkan program ini di tengah "konteks saat ini" sehubungan dengan FIFA.

Stock mengatakan "semua mitra eksternal, baik publik maupun swasta, harus berbagi nilai-nilai fundamental dan prinsip-prinsip" dari Interpol, dan juga dari komunitas penegakan hukum yang lebih luas.


Pemilihan Tuan Rumah Piala Dunia 2026 Ditangguhkan

Pada hari Rabu FIFA mengumumkan telah menghentikan proses penawaran untuk Piala Dunia 2026 karena kontroversi yang sedang berlangsung.

Tuan rumah kejuaraan sepak bola dunia 2026 sebelumnya ditetapkan akan dipilih oleh anggota FIFA dalam pertemuan di Malaysia 2017. Belum jelas kapan pemilihan akan berlangsung.

Sebuah dakwaan yang dikeluarkan AS bulan lalu mendakwa sembilan pejabat FIFA dan lima eksekutif perusahaan atas pelanggaran yang mencakup pemerasan, penipuan dan pencucian uang. Sebuah penyelidikan secara terpisah oleh pihak Swiss menyatakan adanya "salah urus" dan pencucian uang terkait penunjukan pelaksanaan Piala Dunia 2018 dan 2022 untuk Rusia dan Qatar.

Catatan pengadilan AS yang dirilis Rabu menunjukkan bahwa seorang mantan anggota komite eksekutif FIFA mengakui menerima suap sehubungan dengan Piala Dunia 1998 dan 2010.

Charles Blazer, seorang warga negara AS yang menghabiskan dua dekade sebagai salah satu pejabat sepakbola tertinggi di dunia, diam-diam mengaku bersalah pada bulan November 2013 karena terlibat dalam 10 tindak pidana di New York dalam bagian dari kesepakatan dengan jaksa AS, menurut transkrip persidangan.

Blazer mengatakan kepada seorang hakim AS bahwa ia dan sejumlah anggota komite eksekutif FIFA lainnya menerima suap sehubungan dengan pemilihan Perancis sebagai tuan rumah Piala Dunia 1998. Ia mengatakan ia juga menerima suap terkait dengan pemberian penghargaan tersebut kepada Afrika Selatan di tahun 2010.​

XS
SM
MD
LG