Tautan-tautan Akses

Insiden Kanker di Antara Anak-Anak di Seluruh Dunia Meningkat


ARSIP - Cindy Vanessa Olayo Ramos asal Peru menunggu giliran untuk berbincang dengan pemain Miami Dolphins yang mengunjungi pasien, keluarag merek dan staf klinik kanker anak, Alex’s Place, di Miami, Florida tanggal 8 Desember 2014 (foto: AP Photo/J. Pat Carter)
ARSIP - Cindy Vanessa Olayo Ramos asal Peru menunggu giliran untuk berbincang dengan pemain Miami Dolphins yang mengunjungi pasien, keluarag merek dan staf klinik kanker anak, Alex’s Place, di Miami, Florida tanggal 8 Desember 2014 (foto: AP Photo/J. Pat Carter)

Sebuah badan di bawah World Health Organization menyatakan jumlah kasus anak-anak yang baru terdiagnosa kanker di seluruh dunia meningkat 13 persen dalam dua dekade terakhir ini.

Jumlah kasus anak-anak yang baru terdiagnosa kanker di seluruh dunia meningkat 13 persen dalam dua dekade terakhir ini, menurut sebuah badan di bawah World Health Organization.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan oleh jurnal The Lancet Oncology, para peneliti di International Agency for Research on Cancer di Lyon, Perancis, melaporkan insiden kanker di kalangan anak-anak sebelumnya adalah 140 per sejuta per tahun antara 2001-2010 di antara anak-anak hingga usia 14 tahun.

Sepanjang tahun 1980-an, insiden kanker di antara anak-anak adalah 124 per sejuta, menurut data dalam studi IARC sebelumnya.

Eva Steliarova-Foucher bekerja untuk bagian pengawasan kanker di IARC, yang merupakan bagian dari WHO.

Ia mengatakan kanker yang menyerang orang dewasa, khususnya kanker payudara, usus besar, dan prostat acap kali disebabkan oleh mutasi genetik yang terakumulasi selama bertahun-tahun.

Di kalangan anak, ujarnya, penyakit kemungkinan timbul akibat kerentanan genetik, dengan menambahkan bahwa anak-anak cenderung mengidap kanker yang berbeda dibandingkan orang dewasa.

“Kanker yang paling lazim di kalangan anak-anak adalah leukemia, dan ini muncul hampir di semua kawasan. Kemudian diikuti dengan kanker pada sistem syaraf pusat kebanyakan di negara-negara dengan pendapatan tinggi, sementara di bagian dunia lain adalah kanker limfoma, untuk negara-negara dengan tingkat pendapatan rendah.”

Data ini dikumpulkan dari 153 catatan kanker di 62 negara, departmen, dan kawasan yang mencakup 10 persen dari jumlah anak-anak di dunia.

Rekaman kanker anak-anak yang terbaik terdapat di negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, yang menyimpan catatan di hampir 100 persen anak yang menderita sakit. Lima persen atau kurang dari data tersebut berasal dari Afrika dan Asia, menurut laporan tersebut. Di lingkungan dengan sumberdaya terbatas tersebut, ujar Steliarova-Foucher banyak kanker yang tidak terdiagnosa karena kurangnya kesadaran serta ketidak tersediaan perlengkapan untuk mendiagnosa.

Namun ia menekankan pengumpuan data penting karena, “Anda perlu tahu berapa banyak kasus yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang jadi anda akan memiliki cukup fasilitas untuk merawat anak-anak ini. Anda perlu tahu juga berapa biaya perawatan mereka. Jadi, data-data ini akan menjadi indikator awal dari beban yang disebabkan oleh kanker pada masyarakat.”

Untuk pertama kalinya, IARC juga melaporkan data tentang kanker yang terkumpul pada anak remaja, antara usia 15 dan 19 tahun. Insiden kanker di sana adalah 185 kanker dalam satu juta anak remaja setiap tahunnya, dengan limfoma dan melanoma sebagai jenis kanker yang paling lazim.

Dengan mengetahui tingkat insiden kanker anak-anak, Steliarova-Foucher menyatakan para peneliti dapat memulai dengan mengidentifikasi beberapa faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya kanker di kalangan anak-anak, termasuk polusi lingkungan dan infesi, yang dapat dihindari. [ww]

XS
SM
MD
LG